Suara.com - Pengamat kepolisan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto menilai pernyataan Polri yang menyebut gas air mata tidak mematikan merupakan upaya bela diri karena tak ingin disalahkan dalam Tragedi Kanjuruhan. Di sisi lain, Polri juga dianggap nir-empati dengan menyebut 132 korban meninggal dunia dalam tragedi tersebut bukan karena gas air mata.
"Cara-cara kepolisian dalam menangani tragedi ini seolah tidak mau disalahkan. Padahal publik semua melihat, bahwa pelaksana maupun pembuat kebijakan terkait keamanan dan ketertiban masyarakat dalam tragedi itu adalah kepolisian," kata Bambang kepada Suara.com, Rabu (12/10/2022).
Bambang mengatakan 132 korban jiwa dan 606 korban luka dalam Tragedi Kanjuruhan merupakan fakta yang tak terbantahkan, bukan sekadar angka-angka statistik yang bisa dibandingkan dengan materi apapun. Apalagi dengan melontarkan pernyataan tidak substantif seperti gas air mata kedaluwarsa tidak berbahaya dan mematikan.
"Dengan pernyataan-pernyataan Polri tersebut makanya saya melihat kepolisian ini seolah lembaga negara yang nir-empati," ujar Bambang.
Lebih lanjut, Bambang berpendapat bahwa Polri semestinya mengusut hingga tuntas pihak yang paling bertanggung jawab dalam tragedi ini. Bukan semata-mata mentersangkakan anggota dan pelaku di lapangan.
"Pengusutan tuntas tak cukup dengan penetapan tersangka, tetapi harus menetapkan siapa yang paling bertanggung jawab dalam tragedi ini," jelasnya.
Menurutnya, jika Polri tidak segera menetapkan tersangka pihak yang paling bertanggung jawab dalam Tragedi Kanjuruhan ini maka akan menjadi preseden buruk bagi institusinya di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo karena dinilai gagal menjaga keamanan, ketertiban, dan melindungi masyarakat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
"Penonton sepak bola itu bukan perusuh, mereka membayar tiket masuk stadion. Bukannya mendapat perlindungan dan pengayoman apalagi pelayanan dari kepolisian, yang terjadi adalah mereka kehilangan nyawa," pungkas Bambang.
Baca Juga: 5 Akal Unik Polisi dalam Tragedi Kanjuruhan, Temuan Botol Miras Ternyata Obat Ternak?
Klaim Tak Mematikan
Polri sebelumnya mengakui ada anggota yang menggunakan gas air mata kedaluwarsa saat Tragedi Kanjuruhan. Beberapa gas air mata yang ditemukan tercatat telah kedaluwarsa sejak tahun 2021.
"Ya, ada beberapa yang ditemukan ya. Yang tahun 2021, ada beberapa," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo kepada wartawan, Senin (10/10/2022).
Dedi tak menyebut jumlah gas air mata kedaluwarsa yang ditemukan oleh penyidik. Dia mengklaim barang bukti tersebut masih diperiksa di laboratorium forensik.
Kendati begitu, dia mengklaim gas air mata kedaluwarsa tidak berbahaya. Berbeda dengan makanan kedaluwarsa.
"Kebalikannya (dengan makanan), dengan zat kimia atau gas air mata ini, ketika dia expired justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya gas air mata ini, ketika ditembakkan, dia tidak bisa lebih efektif lagi," jelasnya.
Berita Terkait
-
5 Akal Unik Polisi dalam Tragedi Kanjuruhan, Temuan Botol Miras Ternyata Obat Ternak?
-
CEK FAKTA: 46 Botol Miras di Kanjuruhan yang Dituduhkan Polri Ternyata Cuma Obat Kuku dan Mulut Buat Hewan?
-
Komnas HAM Utarakan Hasil Investigasi Kanjuruhan: Pintu 13 Terbuka tapi Kecil
-
Buka Video Krusial Tragedi Kanjuruhan, Komisioner Komnas HAM Menangis: Ini Direkam Suporter, Dia Akhirnya Meninggal
-
Komnas HAM Akui Ada Pelemparan Sepatu Saat Tragedi Kanjuruhan, Bentuk Kemarahan Akibat Tembakan Gas Air Mata Polisi
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri