Suara.com - Setelah kasus Wowon Erawan alias Ki Wowon (60), kini muncul kasus serupa di Banjarnegara, Jawa Tengah dengan tersangka Slamet Tohari alias Mbah Slamet (45). Total korban pembunuhan berantai Mbah Slamet hingga kekinian tercatat sebanyak 12 orang. Lebih banyak dari korban Ki Wowon Cs, yakni sembilan orang.
KASUS Mbah Slamet yang menghabisi nyawa belasan korban melalui praktik dukun penggandaan uang menjadi bukti bahwa masih banyak warga yang memiliki pola pikir terbelakang.
Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Joko Santoso menyampaikan, praktik penggandaan uang berujung pada pembunuhan sudah ada sejak tahun 1986. Kekinian kasus Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara.
"Sebenernya gejala tentang penggandaan uang yang berujung pada pembunuhan sudah ada sejak tahun 1986, kasusnya di Brebes dan Magelang," kata Joko Santoso kepada Suara.com, Rabu, 5 April 2023.
Terlebih melihat status sosial dan latar belakang para korban penipuan berkedok penggandaan uang, beberapa dari kalangan orang ‘kaya’ atau berkecukupan secara ekonomi. Dengan begitu, menurutnya pola pikir masyarakat belum bertransformasi dari masa ke masa.
"Korbannya berasal dari bermacam-macam status sosial, bahkan korban yang pengungkap kasus ini (PO) itu orang kaya. Ini menjadi tanda jika pola pikir belum mengalami transformasi," ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Masrukin ini, semestinya pola pikir masyarakat saat ini sudah berubah ke yang lebih logis dan agak ilmiah. Namun nyatanya masih banyak masyarakat percaya dengan yang berbau mistik.
Fenomena itu tak hanya terjadi pada kalangan menengah bawah, namun juga dari kalangan atas. Seakan hal supranatural menjadi jalan pintas sejak dahulu.
"Mestinya pola pikirnya berubah dari yang percaya metafisik menuju ilmu pengetahuan atau modern. Masyarakat inikan campur-campur, tapi masih saja ada yang percaya supranatural untuk dijadikan jalan pintas. Jadi belum ke arah modern," terangnya.
Baca Juga: INFOGRAFIS Fakta-fakta Kekejaman Mbah Slamet Si Dukun Pengganda Uang dari Banjarnegara
Jika melihat trend kasus penipuan berkedok penggandaan uang, semestinya bisa menjadi pelajaran untuk masyarakat. Namun kenyataannya kasus serupa terus terulang, artinya masyarakat tidak belajar dari kasus-kasus sebelumnya.
Kasus penipuan penggandaan uang berujung kematian juga belum lama ini terjadi pada kasus Ki Wowon Cs. Selain pola pikir yang belum berubah, ditambah keahlian komunikasi persuasif dari jaringan pelaku kriminal itu membuat masyarakat makin terjerat.
"Hal ini didukung dari komunikasi informal. Jadi lewat jaringan dukun yang juga sudah bisa meyakinkan," tuturnya.
Sehingga, jangankan masyarakat menengah ke bawah, kalangan elite politik, bahkan birokrat pemerintahan sampai saat ini masih percaya dengan praktik supranatural.
"Misal untuk menduduki jabatan tertentu harus ke dukun atau ke tempat angker. Nah dari elite saja masih begitu apalagi kelas menengah ke bawah," sambungnya.
Terlebih, masyarakat dihadapkan pada situasi ekonomi keluarga tidak menentu dan ketidakpastian biasanya akan berubah ke arah mistik. Diikuti rasa tidak pernah puas dan perilaku hedonisme, maka faktor pendorong ke arah menyimpang akan lebih besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
DPR Desak KPK Segera Tetapkan Tersangka Korupsi Haji: Kejahatan Merampas Hak Umat Beribadah!
-
KPK Bantah Intervensi dari Istana Gegara Belum Tetapkan Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji
-
Skandal DPRD Gorontalo: "Rampok Uang Negara" dan Selingkuh, Anggota PDIP Ini Langsung Dipecat!
-
Panglima TNI Beberkan Alasan TNI Tambah Alutsista Baru, 'Harimau Besi' yang Mengerikan!
-
Jokowi Perintahkan Relawan Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Loyalis Malah Beri Jawaban Menohok?
-
Mengupas MDIS: Kampus Singapura Tempat Gibran Raih Gelar Sarjana, Ijazahnya Ternyata dari Inggris!
-
Minta Satpol PP Tak Pakai Kekerasan, Mendagri Tito: Biar Didukung Publik
-
Anak Mantan Bupati Koruptor Kini Dipecat PDIP: Jejak Skandal DPRD Viral "Rampok Uang Negara"
-
7 Klausul Surat Perjanjian MBG SPPG Sleman: dari Rahasiakan Keracunan hingga Ganti Rugi Rp80 Ribu
-
Tiga Kecelakaan Transjakarta dalam Sebulan, Pemprov DKI Fokus Perbaikan Human Factor