Suara.com - Hari Raya Idul Fitri 1445 H usai sudah. Kini umat muslim di dunia mulai memasuki bulan Syawal. Tradisi yang dilakukan usai Idul Fitri ini juga dikenal sebagai kegiatan Syawalan.
Sebagian besar umat muslim di Indonesia, khususnya Pulau Jawa masih melakukan tradisi Hari Raya Ketupat ini, tepatnya seminggu setelah Idul Fitri.
Masyarakat Jawa melambangkan perayaan tradisi Hari Raya Ketupat ini sebagai simbol kebersamaan. Biasanya, ketupat yang sudah ditata dalam wadah langsung dibawa ke tempat kenduri, atau bisa juga hanya diantar ke rumah-rumah warga.
Bukan hanya ketupat saja yang dibawa, namun juga ada sayur sambal goreng dan bubuk kedelai. Ketupat yang dibawa ke tempat kenduri akan didoakan Bersama oleh warga, sama halnya dengan filosofi ketupat itu sendiri, yakni mengaku lepat atau salah kepada Allah SWT.
Seperti yang diketahui, filosofi ketupat ini berasal dari kata “Ketupat” atau “kupat” dalam Bahasa Jawa berarti “ngaku lepat” atau “mengakui kesalahan”.
Dengan adanya ketupat ini, sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Selain itu, bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning juga melambangkan penolak bala bagi orang Jawa.
Bentuknya yang segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa kemanapun manusia menuju, pasti selalu Kembali pada Allah.
Sementara itu, Sejarah Hari Raya Ketupat sendiri bermula dari sang walisongo, Sunan Kalijaga. Masyarakat Jawa percaya bahwa Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat.
Menurut budayawan Zastrouw Al-Ngatawi, tradisi ketupat ini muncul di era walisongo dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan Masyarakat Nusantara.
Baca Juga: 1.835 Kecelakaan Terjadi di Masa Arus Mudik Lebaran 2024, Polri: Turun 15 Persen
Tradisi ini kemudian dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan ajaran islam mengenai cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah dan bersilaturrahim di hari lebaran.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen
-
Anggota TNI Ngamuk di Gowa, Kapuspen TNI: Kami akan Perkuat Pengawasan!
-
Revisi RUU BUMN Bergulir di DPR, PKB Ingatkan Jangan Hilangkan Prinsip Pasal 33 UUD 1945
-
Silsilah Keluarga Prabowo Subianto: Kakek Nenek Dimakamkan di Belanda