Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikritik tidak paham dengan dampak lingkungan akibat penambangan pasir laut. Hal tersebut, yang dikatakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), membuat Jokowi tak segan membuka kembali izin ekspor pasir laut.
Dalam pernyataannya Jokowi mengatakan kalau yang diekspor hanya sedimen laut bukan dalam bentuk pasir.
Terkait itu, Manajer Kampanye Pesisir Laut dan Pulau Kecil dari Walhi, Parid Ridwanuddin, menegaskan bahwa sedimen laut dan pasir sebenarnya sama.
"Kalau kita dengar penjelasan Jokowi, penjelasannya sederhana, 'ini bukan pasir laut ini sedimentasi'. Itu penjelasan macam apa? Ketika dia menjelaskan bahwa yang ditambang itu adalah sedimentasi bukan pasir laut, artinya dia enggak paham itu barang yang sama," kata Parid, dikutip dari tayangan video kanal YouTube Bambang Widjojanto, Selasa (1/10/2024).
Parid menjelaskan bahwa negara akan alami kerugian besar bila lakukan penambangan pasir laut karena kerusakan alam. Hasil studi Walhi ditemukan bahwa negara perlu keluarkan dana hingga lima kali lebih banyak untuk memulihkan lingkungan yang rusak.
Namun, Parid mengkritik bahwa pemerintah tidak paham akan hal tersebut.
"Jadi kalau negara dibayar, misalnya Rp 18,6 juta per hektare oleh pengusaha, maka dia butuh lima kali lipat untuk memulihkan kerusakan akibat pertambangan pasir laut. Ini yang enggak pernah dipahami oleh pemerintah," ujarnya.
Kerugian juga langsung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai. Walhi lakukan riset di satu wilayah pesisir di Lombok Timur. Terdapat penambangan pasir diselat yang memisahkan antara pulau Lombok dengan pulau Sumbawa.
Parid mengungkapkan, pemerintah pernah memberikan izin tambang pasir di selat tersebut pada tahun 2015/2016 senagai suplay pasir untuk reklamasi Teluk Benoa di Bali. Wilayah Lomok Timur tersebut menjadi mata pencaharian warga setempat yang bekerja sebagai nelayan.
Meski reklamasi Beno sudah distop akibat terjadi protes, namun penambangan di Lombok Timur yang sudah terjadi telah terlanjur rusak.
Baca Juga: Momen Puan Berbincang Hangat Dengan Prabowo Dan Jokowi, Diselingi Tawa Hingga Acungan Jempol
"Kerusakannya itu sampai sekarang terus terjadi. Jadi fishing ground-nya nelayan sudah hancur di bawahnya," ungkapnya.
Akibatnya, para nelayan di Lombok Timur harus melaut sampai ke perairan Sumba melewati perairan lepas. Kemudian nelayan-nelayan itu biasa mendarat di Pulau Salura yang nerada tepat di bawah pulau Sumba.
"Mereka itu melaut sampai ke perairan Sumba terus mendarat di Pulau Salura. Jadi pulau kecil itu penting bagi mereka untuk singgah dari aktivitas melaut yang panjang," tuturnya.
Para nelayan perlu melaut lebih jauh karena laut di depan rumahnya sudah hancur akibat pengerukan pasir yang digunakan untuk proyek reklamasi. Kerusakan yang telah terjadi hampir selama 10 tahun itu juga tidak pernah dipulihkan kembali oleh pemerintah.
"Sampai sekarang mereka masih terus melaut ke Sumba dan itu resikonya adalah kalau mereka masuk ke perairan lepas, itu nyawa karena gelombangnya tinggi. Apalagi sekarang kita tahu ya dampak dari krisis iklim," kata Parid.
Berita Terkait
-
Adu Pesona Annisa Pohan Vs Iriana Jokowi saat Foto Bareng: Istri AHY Disebut The Next Ibu Negara
-
Kelakar Kaesang Kasih Hadiah Jet Pribadi, Buktikan Jurang Ketimpangan Kaya dan Miskin yang Makin Lebar di Era Jokowi
-
Dihadiri Jokowi hingga Prabowo, 5.614 Personel Gabungan Amankan Pelantikan Anggota Dewan di Kompleks Parlemen Senayan
-
Disambut Anggota Dewan Termuda, Jokowi hingga Prabowo Hadiri Acara Pelantikan Anggota DPR RI Periode 2024-2029
-
Momen Puan Berbincang Hangat Dengan Prabowo Dan Jokowi, Diselingi Tawa Hingga Acungan Jempol
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Akses Bireuen-Aceh Tengah Kembali Tersambung, Jembatan Bailey Teupin Mane Resmi Rampung
-
Cara Daftar Mudik Nataru Gratis Kemenhub, Hanya untuk 3 Ribu Lebih Pendaftar Pertama
-
Jurus 'Dewa Penyelamat' UB Selamatkan 36 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
-
Prabowo Panggil Menteri ke Hambalang, Ada Target Soal Pembangunan Hunian Korban Bencana
-
Jadi Biang Kerok Banjir Kemang, Normalisasi Kali Krukut Telan Biaya Fantastis Rp344 Miliar
-
Gubernur Bobby Nasution Lepas Sambut Pangdam, Sumut Solid Atasi Bencana
-
Fakta Baru Pengeroyokan Maut Kalibata, Ternyata Lokasi Bentrokan Lahan Milik Pemprov DKI
-
LPSK Puji Oditur Militer: 22 Senior Penganiaya Prada Lucky Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar
-
70 Cagar Budaya Ikonik Sumatra Rusak Diterjang Bencana, Menbud Fadli Zon Bergerak Cepat
-
Waspada Air Laut Tembus Tanggul Pantai Mutiara, Pemprov Target Perbaikan Rampung 2027