Suara.com - Suasana damai di sebuah rumah doa umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kota Padang, berubah menjadi horor pada Minggu (27/07) sore. Sekelompok massa tiba-tiba datang dan melakukan perusakan brutal.
Insiden itu bahkan disebut melukai dua anak kecil yang sedang belajar agama. Ini menyisakan trauma mendalam dan kembali mencoreng potret kerukunan umat beragama di Sumatra Barat. Berikut adalah fakta-fakta penting dari kejadian tersebut:
1. Serangan Brutal Saat Anak-Anak Belajar Agama
Melansir BBC News Indonesia yang dikutip Selasa (29/7/2025), serangan terjadi saat puluhan anak-anak sedang mengikuti pendidikan agama Kristen. Menurut Pendeta GKSI Anugerah Padang, F Dachi, massa datang dengan beringas.
"Beberapa warga berdatangan membawa kayu, melempar batu, membawa pisau, dan bersorak "bubarkan" ke arah rumah doa itu," ungkapnya.
Akibat serangan ini, dua anak berusia 11 dan 9 tahun menjadi korban.
"Yang satu kakinya cedera dan tidak bisa jalan karena dipukul dengan kayu. Satu lagi bagian bahunya juga dipukul dengan kayu. Keduanya sudah dibawa ke rumah sakit," kata Dachi.
2. Kronologi Pengepungan oleh Massa
Kejadian berlangsung sekitar pukul 16.00 WIB. Menurut Pendeta Dachi, sebelum massa mengamuk, ia sempat didatangi oleh ketua RT dan Lurah setempat.
Baca Juga: Penyerangan Rumah Doa di Padang: 4 Pelajaran Pahit Intoleransi yang Tak Boleh Diabaikan
"Saat itu datang bapak RT dan pak Lurah. Mereka memanggil saya dan membawa saya ke belakang," katanya.
Tak lama kemudian, situasi memanas. "Salah satu diantara mereka menyatakan untuk bubarkan dan hentikan kegiatan. Lalu terjadilah insiden itu," ujarnya.
Massa langsung merangsek masuk, melempar batu, memukul jendela kaca, dan menghancurkan kursi-kursi plastik.
3. Polisi Bergerak Cepat, 9 Orang Ditahan
Berbekal video yang viral di media sosial, pihak kepolisian bergerak cepat mengamankan para terduga pelaku. Wakapolda Sumbar, Brigjen Pol Solihin, mengonfirmasi penangkapan tersebut.
"Sampai saat ini kami sudah mengamankan sembilan orang yang diduga melakukan pengrusakan itu," katanya.
Beberapa pelaku bahkan diamankan saat masih mengenakan pakaian yang sama seperti di dalam video. Namun, pihak kepolisian menyatakan belum menerima laporan resmi terkait korban anak-anak.
"Sementara belum ada, hanya kaca-kaca yang pecah dan kursi yang rusak saja di lokasi tersebut," ujar Solihin.
4. Wali Kota Minta Maaf, Sebut karena 'Miskomunikasi'
Wali Kota Padang, Fadli Amran, menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang melukai perasaan umat Kristiani tersebut. Namun, ia menyebut pemicunya adalah kesalahpahaman.
"Tadi saya sudah mendengarkan dari kedua belah pihak dan mereka sudah menyampaikan kronologi kenapa ini bisa terjadi. Kesimpulannya ini karena adanya miskomunikasi," katanya.
Menurutnya, pihak RW tidak mendapat informasi menyeluruh terkait kegiatan di rumah doa tersebut. Fadli berjanji akan memberikan layanan pemulihan trauma bagi para korban.
5. Trauma Mendalam dan Tekad Tempuh Jalur Hukum
Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Penasihat Hukum masyarakat Nias, Yutiasa Fakho, mengungkapkan kejadian serupa pernah terjadi pada 2023 di lokasi lain.
Karena itu, meski sudah memaafkan, pihak korban bertekad untuk melanjutkan proses hukum agar ada efek jera.
"Makanya, kami tetap ingin melanjutkan [kejadian di rumah doa] ini ke ranah hukum. Soal memaafkan, kami sudah memaafkan apa yang terjadi. Tapi soal perkara hukum akan tetap berjalan," ungkapnya.
Bagi Pendeta Dachi, trauma terberat adalah larangan untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak.
"Trauma terberat bagi saya karena mereka melarang untuk tidak melakukan pendidikan agama. Sementara Undang-undang sudah menjamin untuk kebebasan beragama," katanya.
Berita Terkait
-
Penyerangan Rumah Doa di Padang: 4 Pelajaran Pahit Intoleransi yang Tak Boleh Diabaikan
-
3 Fakta Ganjil di Balik Serangan Rumah Doa Umat Kristen Padang yang Tak Terungkap
-
5 Misteri Terbesar Gunung Padang yang Siap Dibongkar Tim Arkeolog Nasional
-
Anak-anak Terluka di Rumah Doa Kristen Padang, Siapa Sebenarnya Dalang Teror Ini?
-
Bukan Miskomunikasi? 3 Kejanggalan di Balik Serangan Rumah Doa Kristen di Padang
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Polemik Selesai, TNI Resmi 'Luruskan Informasi' dengan Ferry Irwandi
-
Perang Interpretasi Janji Presiden Prabowo: Yusril Sebut 'Masuk Akal', Lukman Bilang 'Setuju'
-
ICJR Skakmat Yusril: Tawaran Restorative Justice untuk Demonstran Itu Konsep Gagal Paham
-
Pakar Bongkar Pencopotan Sri Mulyani dan Budi Gunawan, Manuver Prabowo Ambil Alih Penuh Kendali?
-
Kapolri Absen Jemput Presiden Prabowo di Bali di Tengah Isu Penggantian TB-1
-
Yusril Ungkap Fakta: Presiden Prabowo Belum Perintahkan Pembentukan Tim Investigasi
-
Dari Ancaman Laporan ke Permintaan Maaf, Ferry Irwandi Umumkan Kasusnya dengan TNI Berakhir Damai
-
'Percuma Ganti Orang, Sistemnya Bobrok', Kritik Keras YLBHI di Tengah Isu Ganti Kapolri
-
Tiga Pesawat Tempur Baru dari Prancis Diserahkan ke TNI AU Awal 2026
-
Istana Bantah Presiden Prabowo Kirim Surpres Penggantian Kapolri ke DPR, Mensesneg: Belum Ada