Suara.com - Indonesia kehilangan salah satu suara kritis dan pemikir ekonomi paling berintegritas. Kwik Kian Gie, mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Kepala Bappenas, telah berpulang dalam usia 90 tahun pada Senin malam, 28 Juli 2025.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam sekaligus warisan keteladanan tentang bagaimana ilmu dan nurani harus berjalan beriringan.
Lahir di Juwana, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935, Kwik Kian Gie adalah representasi intelektual publik yang tak pernah takut menyuarakan kebenaran, bahkan jika harus berhadapan dengan arus utama kekuasaan.
Melansir Antara, Selasa (29/7/2025), sepanjang kariernya, Kwik Kian Gie dikenal sebagai benteng pertahanan terhadap liberalisasi ekonomi yang membabi buta dan konsisten mengkritik kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
Saat krisis moneter 1997-1998 meluluhlantakkan Indonesia, suara Kwik menjadi salah satu yang paling lantang menentang resep Dana Moneter Internasional (IMF) yang dinilainya justru memperdalam penderitaan.
Keterlibatannya dalam pemerintahan di era reformasi, pertama sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (1999–2001) di bawah Presiden Abdurrahman Wahid, dan kemudian sebagai Menteri Koordinator Perekonomian (2001–2004) di era Presiden Megawati Soekarnoputri, adalah bukti bahwa ia tak hanya mengkritik dari luar, tapi siap bertanggung jawab di dalam sistem.
Di posisi strategis itu, ia mempertahankan sikapnya, menolak privatisasi BUMN secara serampangan dan mendorong renegosiasi utang luar negeri. Konsistensinya membuat banyak kalangan menaruh hormat. Ekonom Faisal Basri bahkan pernah mengenangnya dengan sebutan yang melekat hingga kini, "Pak Kwik adalah benteng terakhir dari suara nurani ekonomi Indonesia."
Penghormatan serupa datang dari Guru Besar Ekonomi UI, Prof. Sri Edi Swasono, yang menyebut Kwik sebagai "intelektual sejati yang tak silau kekuasaan dan tak goyah oleh tekanan politik."
Warisan pemikiran Kwik Kian Gie tertuang jelas dalam salah satu karyanya yang paling terkenal, buku berjudul "Mengapa Ekonomi Indonesia Begini-Begini Saja?".
Baca Juga: Kwik Kian Gie Wafat: Ekonom Kritis yang Konsepnya Pernah Diabaikan Jokowi dan Mega
Dalam buku tersebut, ia dengan lugas mempertanyakan model pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan (growth) namun abai terhadap pemerataan (equity). Buku ini menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami kegagalan kebijakan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat.
Setelah tak lagi menjabat, Kwik menolak untuk diam. Ia tetap aktif menulis, mengajar, dan memberikan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah.
Integritasnya teruji saat ia menolak tawaran kembali ke kabinet karena tak ingin hanya menjadi simbol tanpa kuasa. Sebuah sikap langka di panggung politik yang penuh kompromi.
Kwik Kian Gie telah menunjukkan bahwa ilmu ekonomi bisa menjadi alat perjuangan, bukan sekadar alat penghitungan. Ia membuktikan bahwa seorang intelektual bisa tetap teguh pada prinsip meski berada di lingkar kekuasaan.
Indonesia telah kehilangan suaranya, namun warisan pemikiran dan keteladanannya akan terus hidup. Selamat jalan Pak Kwik!
Tag
Berita Terkait
-
Kwik Kian Gie Wafat: Ekonom Kritis yang Konsepnya Pernah Diabaikan Jokowi dan Mega
-
Mengenang Kwik Kian Gie: 'Banteng' Loyal Megawati yang Bikin Geger Karena Jadi Penasihat Prabowo
-
Kwik Kian Gie Wafat, Mahfud MD: Patah Tumbuh, Hilang Berganti, Semoga Muncul Generasi Sebaik Beliau
-
Eks Menko Ekuin Meninggal Dunia, Agama Kwik Kian Gie dan Benang Merah Prinsip Hidupnya
-
Memoar Kwik Kian Gie di Mata Mahfud MD: Tokoh Cerdas dan Lurus Telah Wafat
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
Terkini
-
Skandal Korupsi Haji Rp1 Triliun, Kapan KPK Umumkan Tersangka Agar Tak Rusak Reputasi NU?
-
Menteri dan Anggota DPR Malaysia Terima Surat Ancaman, Pelaku Minta Tebusan 100.000 Dolar AS
-
Gus Yaqut Terima Aliran Dana Korupsi Haji Rp1 Triliun Lewat Perantara?
-
Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
-
Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
-
Pemda NTB Diminta Segera Pulihkan Kondisi dan Aktifkan Siskamling oleh Wamendagri
-
Roy Suryo Bawa 'Jokowis White Paper' ke DPR, Ijazah SMA Gibran Disebut 'Dagelan Srimulat'
-
Laskar Cinta Jokowi Sebut Pergantian Kapolri Listyo Bisa Jadi Bumerang, Said Didu: Makin Jelas
-
TNI Nyatakan Terbuka Bekerja Sama dengan Tim Investigasi Kerusuhan Agustus
-
Gempar Ciracas! Mahasiswi Ditemukan Tewas Mengenaskan di Indekos, Terduga Pelaku Masih Bawah Umur