Suara.com - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada, Tiyo Ardianto, menawarkan sebuah analogi yang tajam yakni rule of the game, untuk menggambarkan kondisi Indonesia saat ini: sebuah permainan yang aturannya telah dirusak.
Dalam podcast "SPEAK UP" di kanal YouTube Abraham Samad yang tayang pada Minggu (3/7/2025), Tiyo menjelaskan bahwa "rules" dalam konteks hukum dan politik telah dimanipulasi, yang berakibat pada runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara negara.
Kritik pedas ini bukan tanpa alasan. Tiyo, bersama Ketua BEM Universitas Diponegoro, Aufa Atha Ariq; dan Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) Paramadina, Hudan Lil Muttaqien, membeberkan berbagai kejanggalan yang terjadi selama Musyawarah Nasional (Munas) BEM SI ke-XVIII di Padang, 13–19 Juli 2025 lalu.
"Kami terpaksa harus bersikap karena ada tiga hal mendasar yang mencederai prinsip kami," ujar Tiyo.
Tiyo kemudian menyoroti tiga poin krusial, yakni:
Intervensi Aparat: Kehadiran pejabat publik, elit politik, hingga Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) dalam forum internal mahasiswa.
Simbolisme Misterius: Munculnya karangan bunga yang sempat disembunyikan, lalu dipasang kembali tepat saat Kabinda tiba.
Degradasi Intelektualitas: Dinamika forum yang dianggap telah melenceng dari marwah mahasiswa yang seharusnya menjunjung tinggi adu gagasan.
Aufa menambahkan, Munas yang seharusnya menjadi ajang konsolidasi untuk merumuskan arah gerakan mahasiswa di tengah kondisi negara yang kritis, menjadi tidak murni lagi dengan adanya campur tangan elit politik.
Baca Juga: Perluas Ekosistem Talenta Digital Kampus, Telkom Resmikan Digistar Club Chapter UGM
Senada dengan itu, Hudan menyayangkan musyawarah yang justru terjebak pada isu-isu trivial dan menghadirkan tokoh-tokoh yang tidak esensial, alih-alih fokus pada penyaluran suara rakyat.
Di tengah carut marut persoalan bangsa, Tiyo menggarisbawahi bahwa krisis kepercayaan adalah akar masalahnya. "Sulit bagi kami dan masyarakat untuk percaya bahwa Indonesia akan baik-baik saja," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menitipkan pesan tajam untuk Presiden Prabowo Subianto.
"Presiden Prabowo harus menyadari bahwa beliau mewarisi sebuah sistem yang sudah sedemikian rusak. Mengembalikan kepercayaan publik yang terkoyak tidak akan bisa hanya dengan untaian komitmen dalam pidato," tegas Tiyo.
Menurutnya, satu-satunya jalan untuk memulihkan kepercayaan adalah melalui aksi nyata yang menjawab dan menyentuh langsung persoalan yang dihadapi masyarakat.
Reporter: Nur Saylil Inayah
Berita Terkait
-
Bukan Ikut Reuni, Rismon Minta Jokowi Tunjukkan Ijazah ke Publik: Gak Jamin Dia Lulusan UGM
-
BREAKING NEWS! Polda Metro Jaya Sita Ijazah Sarjana Jokowi
-
Perluas Ekosistem Talenta Digital Kampus, Telkom Resmikan Digistar Club Chapter UGM
-
BPR/S Run 2025 Dimeriahkan 5.000 Lebih Peserta, Edukasi Keuangan Lewat Langkah Kaki
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu