Suara.com - Bahan kimia bernama Bisphenol A atau BPA semakin menjadi sorotan karena ditemukan dapat berdampak buruk pada kesehatan, terutama bila terpapar terus-menerus dan dalam jumlah yang melebihi batas aman. BPA dikenal sebagai senyawa yang mampu mengganggu sistem hormon dalam tubuh manusia. Dampaknya tidak main-main: mulai dari gangguan reproduksi, masalah perkembangan otak pada anak, hingga risiko penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.
Yang membuat kekhawatiran ini semakin relevan adalah fakta bahwa BPA banyak terdapat di sekitar kita. Salah satu sumber utamanya adalah galon air minum isi ulang yang terbuat dari plastik polikarbonat. Galon jenis ini digunakan berulang kali, dan setiap penggunaan ulang berpotensi meningkatkan pelepasan BPA ke dalam air minum yang kita konsumsi setiap hari.
Pakar polimer dari Universitas Indonesia, Profesor Mochamad Chalid, menjelaskan bahwa pelepasan BPA bisa terjadi saat material plastik bersentuhan dengan air, terutama jika terpapar suhu tinggi atau disimpan terlalu lama. Proses ini bisa terjadi sejak galon didistribusikan dari pabrik hingga sampai ke tangan konsumen, apalagi karena galon sering dipakai berulang tanpa kontrol ketat.
Temuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa kandungan BPA dalam galon isi ulang di enam kota besar di Indonesia—termasuk Jakarta, Bandung, dan Medan—telah melebihi ambang batas aman yang ditetapkan, yakni 0,06 bagian per sejuta (ppm). Ini menunjukkan bahwa paparan masyarakat terhadap BPA dari galon air minum bisa lebih tinggi dari yang dibayangkan.
Di tingkat global, berbagai studi ilmiah juga memperkuat kekhawatiran ini. Penelitian dari Harvard University pada 2009 menunjukkan bahwa penggunaan wadah plastik berbahan polikarbonat selama satu minggu dapat meningkatkan kadar BPA dalam urin hingga 69 persen.
Studi lain menemukan bahwa pada suhu 70°C, BPA bisa berpindah dari plastik ke cairan hingga hampir 5 nanogram per sentimeter persegi setiap jamnya. Ini adalah angka yang cukup tinggi jika dikaitkan dengan konsumsi harian.
Bahkan, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) pada 2023 memperketat ambang batas paparan harian BPA menjadi hanya 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari—standar ini 20.000 kali lebih ketat dari sebelumnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat paparan BPA di masyarakat bisa jauh melebihi batas ini, yang berarti risiko kesehatan jangka panjang semakin besar.
Sebagai langkah awal untuk melindungi konsumen, BPOM kini mewajibkan adanya label peringatan pada galon berbahan polikarbonat yang mengandung BPA. Menurut Profesor Chalid, pelabelan ini sangat penting agar masyarakat bisa membuat keputusan yang lebih bijak terkait produk air minum yang dikonsumsi sehari-hari.
Dengan bukti ilmiah yang semakin kuat dan standar internasional yang makin ketat, penting bagi kita semua untuk mulai lebih kritis dalam memilih kemasan air minum, terutama yang digunakan berulang. Pengawasan yang lebih serius dan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi bisa menjadi kunci untuk mencegah risiko kesehatan akibat paparan BPA yang berlebihan. ***
Baca Juga: BRI dan MedcoEnergi Kolaborasi: Dorong Ekonomi Kerakyatan Lewat UMKM
Berita Terkait
-
BRI dan MedcoEnergi Kolaborasi: Dorong Ekonomi Kerakyatan Lewat UMKM
-
Pemerintah Fasilitasi UMKM Perumahan untuk Akses Pembiayaan
-
UMKM Kombucha Beromzet Nasional Lahir dari BRILiaN, Inisiatif Hebat BRI untuk Pengusaha Muda
-
PNM Mekaar Dorong UMKM Berdayakan Perempuan ke Tokyo, Produk Lokal Tampil di Skala Global
-
BRI Raih Anugerah Ekonomi Hijau atas Pemberdayaan UMKM dan Keuangan Inklusif
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Bukan soal Whoosh, Ini Isi Percakapan Dua Jam Prabowo dan Ignasius Jonan di Istana
-
KontraS Pertanyakan Integritas Moral Soeharto: Apa Dasarnya Ia Layak Jadi Pahlawan Nasional?
-
Viral Pria Gelantungan di Kabel Jalan Gatot Subroto, Ternyata Kehabisan Ongkos Pulang Kampung
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang