-
Anggaran pendidikan dipangkas di bawah 20 persen untuk biayai program populis.
-
Putusan MK soal sekolah gratis diabaikan, 4,1 juta anak tak sekolah.
-
Kebijakan 'Sekolah Rakyat' dan 'Sekolah Garuda' ciptakan pendidikan berbasis kasta sosial.
Suara.com - Satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran dinilai telah membawa arah pendidikan nasional semakin jauh dari amanat konstitusi.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) merilis evaluasi tajam yang menyoroti tiga persoalan fundamental yang dianggap sebagai 'dosa konstitusional', di mana kebijakan pemerintah justru menyeret sektor pendidikan ke jalur populisme yang mengorbankan hak dasar warga negara.
Pertama, Anggaran Pendidikan 'Dibajak' untuk Program Populis
JPPI menyoroti pemangkasan anggaran pendidikan dalam APBN 2026 yang hanya mencapai 14 persen dari total anggaran nasional—jauh di bawah mandat konstitusi sebesar 20 persen.
Pemotongan ini disebut dilakukan untuk membiayai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang alokasinya justru dinaikkan menjadi Rp335 triliun, meskipun serapannya pada 2025 dinilai buruk.
"Ini bukan sekadar salah kelola, tapi dugaan pelanggaran konstitusi yang terang-benderang. Pemerintah memotong hak pendidikan anak-anak untuk membiayai proyek politik populis atas nama gizi,” tegas Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji dalam keterangannya, Senin (20/10/2025).
Kedua, Abaikan Putusan MK, 'Beri Makan Kebodohan'
Kritik kedua adalah sikap pemerintah yang mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 3/PUU-XXII/2024, yang mewajibkan pendidikan dasar gratis di sekolah negeri maupun swasta.
Kegagalan ini menyebabkan 4,1 juta anak di Indonesia tetap tidak bisa bersekolah karena faktor ekonomi.
Baca Juga: Aksi Setahun Prabowo-Gibran Sempat Memanas, Sebelum Massa Bubarkan Diri Usai Magrib
"Empat juta lebih anak Indonesia hari ini tidak sekolah karena negara gagal menunaikan kewajibannya. Pemerintah boleh bicara makan gratis, tapi kalau anaknya tidak sekolah, itu artinya negara sedang memberi makan kebodohan,” kata Ubaid.
Ketiga, Ciptakan 'Sekolah Kasta' Berbasis Kelas Sosial
Persoalan ketiga adalah munculnya kebijakan yang justru menciptakan segregasi sosial.
JPPI menyoroti model pendidikan yang memisahkan "Sekolah Rakyat" untuk anak miskin dan "Sekolah Garuda" untuk kelompok unggulan.
Model ini dinilai tidak solutif dan hanya menstigma kemiskinin.
“Kebijakan ini seolah berpihak pada rakyat kecil, tapi sesungguhnya menstigma kemiskinan. Sekolah Rakyat hanyalah kosmetik untuk menutupi ketidakmampuan negara menyediakan akses setara bagi semua,” ujar Ubaid. Menurutnya, Sekolah Garuda justru menciptakan "menara gading baru" bagi anak-anak berprivilege.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
Menhut Raja Juli Rahasiakan 12 Perusahaan 'Biang Kerok' Banjir Sumatra, Alasannya?
-
ICW Soroti Pemulihan Korupsi yang Seret: Rp 330 Triliun Bocor, Hanya 4,84 Persen yang Kembali
-
Boni Hargens Kritik Keras Komite Reformasi Polri, Terjebak dalam Paralisis Analisis
-
Heboh 250 Warga Satu Desa Tewas Saat Banjir Aceh, Bupati Armia: Itu Informasi Sesat!
-
SLHS Belum Beres, BGN Ancam Suspend Dapur MBG di Banyumas
-
DPR Sentil Pejabat Panggul Beras Bantuan: Gak Perlu Pencitraan, Serahkan Langsung!
-
Investigasi Banjir Sumatra: Bahlil Fokus Telusuri Tambang di Aceh dan Sumut
-
Catatan AJI: Masih Banyak Jurnalis Digaji Pas-pasan, Tanpa Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
-
Geram Titiek Soeharto Truk Angkut Kayu Saat Bencana: Tindak Tegas, Bintang Berapa pun Belakangnya
-
Aplikasi AI Sebut Jokowi Bukan Alumnus UGM, Kampus Buka Suara