Suara.com - Sudan, sebuah negara di Afrika, telah terjerumus dalam perang saudara yang memilukan. Konflik ini melibatkan dua kekuatan militer utama: Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Force/RSF) dan Angkatan Bersenjata Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF).
Peristiwa terbaru pada Oktober 2025 di El-Fasher menjadi sorotan, menandai babak baru dalam penderitaan yang tak berkesudahan.
Jatuhnya El-Fasher: Kemenangan RSF di Darfur Utara
Pada Minggu, 26 Oktober 2025, RSF berhasil merebut wilayah penting El-Fasher di Darfur Utara. Keberhasilan ini mengukuhkan dominasi RSF di wilayah Darfur dan secara signifikan melumpuhkan posisi SAF.
Warga sipil di El-Fasher telah menderita akibat pengepungan selama 18 bulan. Mereka tidak hanya terperangkap, tetapi juga kesulitan mengakses kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan jalur evakuasi.
Pasca perebutan wilayah, laporan mengenai jatuhnya korban sipil terus mengalir. Jaringan Dokter Sudan (Sudan Doctors' Network) melaporkan sekitar 1.500 warga sipil tewas hingga Rabu (29/10), bahkan menuding RSF melakukan pembantaian.
Kelompok dokter ini menyebut pembantaian tersebut sebagai kelanjutan dari kekejaman sebelumnya, di mana lebih dari 14.000 warga sipil telah tewas akibat berbagai sebab sejak awal konflik di wilayah itu.
Apa Akar Permasalahan Perang Sudan?
Konflik berdarah ini berakar dari sebuah kudeta militer-sipil pada Oktober 2021. Dua tokoh kunci yang memimpin kudeta tersebut kini menjadi pusat pertikaian:
Baca Juga: HUT TNI ke-80: TNI AL Gelar Parade Laut dengan 51 Kapal Perang
Jenderal al-Burhan: Presiden Sudan dan Panglima SAF.
Hemedti: Wakil Presiden dan pemimpin RSF.
Penyebab utamanya adalah perebutan kekuasaan dan pengaruh. Perselisihan muncul terkait rencana penggabungan RSF, sebuah pasukan paramiliter kuat, ke dalam angkatan darat SAF.
Kedua pemimpin ini tidak sepakat mengenai siapa yang akan memimpin kekuatan gabungan tersebut, arah perkembangan negara, serta sistem pemerintahan yang seharusnya diterapkan.
Isu kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh menjadi pendorong utama konflik. Perang ini sendiri pecah pada April 2023 di Khartoum (Sudan Timur) dan dengan cepat meluas ke wilayah lain.
Kronologi Konflik Terbaru hingga Oktober 2025
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Cuaca Jakarta Hari Ini Menurut BMKG: Waspada Hujan Sepanjang Hari Hingga Malam
-
Sopir Angkot Cegat Mikrotrans JAK41 di Velodrome, Dishub DKI Janji Evaluasi Rute
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN