Bisnis / Makro
Senin, 13 Oktober 2025 | 17:27 WIB
Donald Trump dan Xi Jinping. AFP/File / Jim WATSON, PETER KLAUNZER
Baca 10 detik
  • Menkeu Purbaya menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur dalam perang dagang AS-China dan justru bisa mendapat keuntungan. 
  • Ia menilai tarif 100 persen dari AS ke China membuka peluang produk Indonesia bersaing di pasar Amerika. 
  • Meski perang dagang berdampak negatif ke IHSG, pemerintah fokus memanfaatkan peluang ekspor tanpa terlibat konflik.

Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ikut berkomentar soal perang dagang Amerika Serikat vs China yang memanas belakangan ini. Ia menilai kalau Pemerintah RI tidak perlu terlibat dalam hubungan kedua negara tersebut.

"Biar saja mereka berantem, kalau kita enggak ada urusan," kata Purbaya pada awak media di Tanjung Priok, Senin (13/10/2025).

Menkeu Purbaya tak menampik kalau perang dagang AS dan China bisa berpengaruh ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebab ada sentimen negatif karena pasar di luar negeri ikut jatuh.

Namun Bendahara Negara menilai kalau kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif 100 persen ke China malah bisa menguntungkan Indonesia. Sebab produk RI bisa bersaing di pasar Amerika.

"Kalau China dikenakan tarif 100 persen, kan barang kita jadi bersaing di Amerika. Untung kita untung, biar saja mereka berantem, kita untung," jelasnya.

[Antara/Rivan Awal Lingga]

Sebagaimana dilaporkan pekan lalu, hubungan dagang antara AS dengan China kembali memanas. Hal itu disebabkan China yang memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang.

Langkah itu kemudian direspons Presiden AS, Donald Trump pada Jumat (10/10) dengan mengenakan tarif 100 persen pada ekspor China ke AS, beserta dengan kontrol ekspor baru atas 'setiap dan semua perangkat lunak penting' paling lambat tanggal 1 November.

Ketegangan dagang antara kedua negara itu pun terjadi menjelang kemungkinan pertemuan antara Trump dengan Presiden China, Xi Jinping pada sela-sela forum Kerja sama Ekonomi-Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan.

Analis dari Goldman Sachs menyebutkan bahwa pasar saat ini menantikan kepastian kebijakan tarif dan kontrol diterapkan atau hanya menjadi strategi negosiasi.

Baca Juga: Dikritik 'Cawe-Cawe' Bank BUMN, Menkeu Purbaya: Saya Dewas Danantara!

"Skenario yang paling mungkin adalah kedua belah pihak menarik kembali kebijakan yang paling agresif dan perundingan mengarah pada perpanjangan lebih lanjut - dan mungkin tanpa batas waktu - dari jeda eskalasi tarif yang dicapai," kata analis tersebut.

Load More