Suara.com - Perkembangan teknologi ternyata mampu mengubah persepsi dan cara pandang masyarakat terhadap produk otomotif. Berdasarkan studi yang dilakukan Toyota baru-baru ini terungkap, telah terjadi perubahan cara pandang masyarakat terhadap pentingnya memiliki mobil.
Carmudi Indonesia menganalisa lebih lanjut tren ini dan mencari tahu mengapa hal di atas dapat terjadi. Dalam studi yang dilakukan Toyota, generasi milenial yang saat ini berusia 20-34 tahun menginginkan sesuatu yang lebih praktis dan ekonomis.
Pabrikan mobil saat ini dihadapkan dengan tantangan baru menjawab kebutuhan masyarakat yang sarat bersentuhan dengan teknologi dalam kehidupan keseharian mereka. Generasi milenial di negara berkembang saat ini masih banyak yang hidup dengan orangtua, memiliki cicilan konsumtif, menikah di usia lebih lanjut, memiliki karir yang cukup cemerlang, dan melek dengan teknologi.
Pabrikan mobil harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat milenial tersebut disesuaikan dengan karakteristik yang mereka miliki.Oleh karena itulah, saat ini berbagai pabrikan mobil gencar mengembangkan mobil autonomous, yaitu mobil yang saling terkoneksi satu sama lain, yang mana nantinya tidak lagi diperlukan pengemudi di masing-masing mobil yang mengaspal di jalan raya.
Langkah ini merupakan salah satu cara pabrikan menjawab perubahan tren yang berkembang, sehingga mobil tetap menjadi kebutuhan yang relevan di masyarakat modern di masa datang.
Hal inilah yang terjadi sekarang. Semuanya semakin saling terkoneksi. Interaksi manusia sudah digantikan dengan teknologi, mulai dari berinteraksi sosial, bekerja, hingga pada cara
berkomuter dari satu tempat ke tempat lain.
Teknologi yang menawarkan kepraktisan dianggap lebih sesuai di jaman sekarang dibandingkan harus membebani diri sendiri dengan memiliki mobil.
“Saat ini merupakan masa transisi dalam industri otomotif dunia. Pandangan masyarakat makin berubah menjadi lebih praktis dan instan dikarenakan perkembangan teknologi dan tuntutan
kesibukan. Masyarakat sudah semakin bergantung pada teknologi dan internet," jelas Gunnar Rentzsch, Co-Founder Carmudi Indonesia.
Tren ini, menurut Gunnar, sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun lebih dulu di negara maju seperti Eropa, dan Carmudi sudah memprediksinya. Kebutuhan masyarakat semakin terkoneksi dengan internet termasuk dalam jual beli kendaraan, dan Carmudi hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
Mesin Awet! 7 Mobil Bekas Eropa yang Tetap Perkasa di Jalan
-
VinFast Umumkan Skema Berlangganan Baterai Baru untuk Kepemilikan Mobil Listrik
-
7 Rekomendasi Mobil Bekas Ex-Taksi: Harga Hemat, Performa Mantap
-
BlackAuto Battle Surabaya 2025 Jadi Ajang 'Unjuk Gigi' Kreatifitas Modifikasi di Kota Pahlawan
-
5 Mobil Bekas Murah Mulai Rp 30 Juta, Lengkap dengan Tips Anti Bekas Banjir
-
Potret Motor Sport Baru Honda yang Bikin Geger: Torsi Brutal Moge 1000cc, Iritnya Kebangetan
-
Gandeng 10 Brand Otomotif, ACC Carnival Hadir di Bekasi
-
Suzuki XL7 Kuro vs Fronx: Adu Gagah Duo Hybrid, Pilih Mana?
-
5 Rekomendasi Mobil Bekas Hyundai Termurah, Tetap Stylish Meski Hemat Budget
-
Fenomena "Tot Tot Wuk Wuk" Bikin Muak: Kenali Perbedaan Strobo, Rotator dan Sirine