Suara.com - Industri otomotif Australia yang hampir berusia 100 tahun berakhir pada Jumat (20/10/2012) setelah GM Holden Ltd, salah satu unit produsen mobil Amerika Serikat, General Motors, menutup pabriknya di Australia Selatan.
Sebelumnya pada 2016 lalu Toyota dan Ford sudah menutup pabriknya di Australia dan menyebabkan ribuan orang kehilangan lapangan kerja. Kini mobil-mobil di pasar Australia diimpor dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
"Berakhirnya produksi mobil Holden di Australia adalah hari yang sangat menyedihkan bagi para pekerja dan bagi setiap warga Australia. Ini adalah akhir sebuah era," kata Perdana Menteri Malcolm Turnbull pada Jumat seperti dikutip Reuters.
Holden rencananya akan memindahkan produksinya ke Jerman, negara yang terkenal dengan teknologi robotik dalam perakitan mobil sehingga lebih efisien ketimbang membayar buruh di Australia.
Meningkatnya pendapatan dan rendahnya suku bunga memang telah mendorong warga Australia untuk membeli mobil baru, tetapi hanya sedikit yang tertarik pada Holden, yang terkenal dengan mobil-mobil penumpang berukuran besar.
"Konsumen ingin mobil kecil yang irit bahan bakar dan SUV. Pabrikan-pabrikan luar meraup untung di Australia karena berhasil mengubah cita rasa mereka," kata William McGregor, analis industri dari IBISWorld.
Holden, yang mulai memproduksi mobil pada 1948, dinilai gagal di negeri sendiri karena kebijakkan yang salah dari pemerintah Australia sendiri. Menurut Roy Green, dekan Fakultas Bisnis University of Technology Sydney, Holden hingga dekade 1980an dilindungi oleh pemerintah dengan kebijakan tarif impor.
"Industri lokal Australia memang ditakdirkan untuk gagal karena dibangun di atas kebijakan tarif yang sangat tinggi," kata Green kepada BBC.
"Saat tarif mulai diturunkan, ia tak bisa bersaing untuk diekspor. Ini terasa ketika mobil impor mulai membanjiri Australia dan industri lokal lambat beradaptasi, lambat memetik ide serta metode-metode baru," imbuh dia.
Memasuki 2013, ketika subsidi pemerintah mulai mengering, Holden mengumumkan tak lagi bisa memproduksi mobil di Australia.
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Harley Raib di Senayan Ternyata Bukan Moge Kaleng-kaleng, Harganya Bikin Melongo
-
Terpopuler: SUV Baru Mitsubishi, Mobil China Tersingkir dari Daftar Terlaris September
-
Beli Mobil Tanpa Riba? Kupas Tuntas Kredit Syariah Biar Gak Salah Langkah
-
Jangan Asal Beli! Pahami Dulu Beda Kasta Honda ADV 160 Tipe RoadSync, ABS, dan CBS
-
5 Rekomendasi Motor Listrik Murah Kuat Nanjak, Torsi Tinggi dan Bandel
-
5 Sepeda Listrik Harga Mulai Rp2 Jutaan, Tangguh dan Ramah Lingkungan
-
Gus Miftah Singgung Alphard-Pajero Saat Bahas Fenomena Santri Ikut Ngecor, Apa Istimewanya?
-
5 Motor Bebek 2 Tak Terkencang, Legendaris dan Masih Jadi Incaran
-
SUV Baru Mitsubishi Sajikan Tenaga Lebih Besar dari Pajero Sport
-
Pertamina Patra Niaga Tindaklanjuti Pelanggaran Penyaluran BBM Subsidi di Cianjur