Suara.com - Saat pemerintah pusat meneriakkan "hemat!" alias efisiensi, Kabupaten Lebak Banten justru memilih jalur berbeda. Bayangkan, empat mobil dinas baru senilai Rp 2,3 miliar tengah disiapkan untuk meluncur di jalanan Lebak. Bukan sembarang mobil - ini jajaran kendaraan bermesin gahar, mulai dari 1.500 cc hingga yang paling "sangar" 2.800 cc.
Di balik kemudi pengadaan ini, Sekretariat Daerah Lebak tampak percaya diri mengumumkan rencananya lewat sistem SiRUP LKPP pada 10 Februari 2025.
"Belanja Modal Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan" - begitu nama resmi proyek yang menggelitik ini seperti dilansir dari sirup LKPP.
Uang rakyat? Ya, setiap rupiah dari Rp 2,3 miliar ini bersumber dari APBD 2025 Kabupaten Lebak. Daftar belanjanya pun cukup menggiurkan: ada MPV CVT 1.500 cc untuk level entry, naik kelas ke 2.000 cc, hingga yang paling mewah - sebuah MPV 2.800 cc khusus untuk Wakil Bupati terpilih.
Memang, pihak Pemkab berusaha memanis-maniskan pengadaan ini dengan embel-embel "mengutamakan produk dalam negeri" dan "melibatkan usaha kecil". Tapi pertanyaannya: di masa ketika semua diminta berhemat, apakah mobil-mobil mewah ini benar-benar mendesak?
Ironinya semakin terasa ketika kita ingat seruan efisiensi yang didengungkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sementara Jakarta sibuk memangkas anggaran, Lebak seolah hidup di dimensi berbeda dengan parade mobil barunya.
Tentu saja, mobil dinas butuh diperbarui - tidak ada yang membantah itu. Tapi timing dan nilai fantastisnya membuat publik bertanya-tanya. Rp 2,3 miliar bukan jumlah receh, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang masih perlu banyak perhatian.
Yang lebih menggelitik, pengadaan ini bahkan menyertakan mobil untuk posisi non-eksekutif utama. Seolah ada filosofi "sekalian" yang mendasari keputusan ini. Transparansi melalui SiRUP memang patut diacungi jempol, tapi bukankah lebih penting mempertanyakan esensi keputusannya?
Ke depan, pengawasan ketat dan standar yang lebih jelas untuk pengadaan mobil dinas jadi kebutuhan mendesak. Masyarakat juga perlu lebih vokal - toh, ini uang mereka yang dipakai. Mobil boleh mewah, tapi nurani jangan sampai melupakan semangat hemat dan kepentingan rakyat banyak.
Baca Juga: Natalius Pigai Bagikan Foto Mobil Dinas Usai Pejabat Terobos Jalur Busway, Malah Panen Kritik
Jadi, saat mobil-mobil mewah ini nantinya meluncur di jalanan Lebak, mungkin kita perlu bertanya: Di mana batas antara kebutuhan dan kemewahan dalam pelayanan publik? Atau jangan-jangan, definisi "hemat" di Lebak memang berbeda dengan di tempat lain?
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Aletra Resmikan Jaringan Dealer Baru Pertegas Komitmen di Indonesia
-
Aletra Resmikan Jaringan Dealer Baru Pertegas Komitmen di Indonesia
-
Wuling Darion Bukukan Ribuan Unit Sejak Dirilis, Varian EV Dominasi Pemesanan
-
Bujet Terbatas? Ini 5 Mobil Bekas Sedan Rp20 Jutaan yang Nyaman dan Tetap Stylish
-
5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Rp50 jutaan Untuk Mobil Pertama Mahasiswa
-
Motul Berikan Paket Perawatan Premium Setiap Pembelian Mobil Bekas
-
3 Rekomendasi Mobil Kijang Rp 20 Jutaan yang Masih Layak Pakai di Tahun 2025
-
5 Rekomendasi Motor Cruiser 250cc, Tampilan Gagah Rasa Moge
-
BullAES Buktikan Sistem Pencahayaan Kendaraan Bukan Sekedar Pelengkap
-
LEPAS L8 Turut Diboyong ke GJAW 2025, Tawarkan Standar Baru di Dunia Otomotif Indonesia