Suara.com - Selama beberapa tahun terakhir, mobil listrik (EV) sering dianggap sebagai solusi utama untuk mengatasi masalah polusi dan perubahan iklim.
Banyak pihak meyakini bahwa kendaraan ini sepenuhnya ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang.
Namun, Akio Toyoda, Chairman Toyota, memiliki pandangan berbeda. Dalam sebuah wawancara yang dikutip Carscoops, Toyoda menegaskan bahwa EV bukan solusi tunggal dalam perang melawan karbon.
Selain itu, ada banyak faktor yang membuatnya tidak sebersih yang diklaim oleh sebagian orang.
Mobil Listrik Tidak Sepenuhnya Bebas Emisi
Toyota, sebagai salah satu merek otomotif terbesar di dunia, dikenal sebagai pelopor teknologi hybrid sejak meluncurkan Prius pada tahun 1997.
Selama bertahun-tahun, Toyota tetap berkomitmen pada strategi multi-energi, mengembangkan berbagai teknologi alternatif seperti plug-in hybrid, hydrogen fuel cell, dan bahkan mesin konvensional berbahan bakar sintetis.
Menurut Toyoda, masalah utama bukanlah jenis kendaraan, tetapi karbon dioksida (CO).
“Musuh kita adalah karbon. Kita harus fokus pada apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk mengurangi CO. Itu adalah dasar dari keputusan kami,” ungkapnya.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Terus Melejit, Pasar Mobil Nasional Masih Lesu di Kuartal I 2025
Ia juga menyebutkan bahwa Toyota telah menjual sekitar 27 juta kendaraan hybrid, yang jika dikonversi ke dampak lingkungan, setara dengan 9 juta mobil listrik di jalanan.
Namun, jika 9 juta mobil listrik diproduksi di Jepang, emisi karbon justru akan meningkat, bukan berkurang.
Alasannya? Jepang masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas untuk menyuplai kebutuhan listrik, yang berarti semakin banyak EV, semakin tinggi permintaan listrik dari sumber tak ramah lingkungan.
Masalah Produksi dan Infrastruktur Mobil Listrik
Selain itu, produksi baterai mobil listrik memiliki dampak lingkungan yang tidak bisa diabaikan. Pertambangan bahan baku seperti lithium dan cobalt menghabiskan sumber daya alam dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tidak hanya itu, banyak negara belum memiliki infrastruktur pengisian daya yang memadai, sehingga pemilik EV sering kali kesulitan menemukan tempat pengisian daya, terutama di wilayah yang masih minim fasilitas.
Di beberapa pasar seperti Eropa dan Amerika Utara, mobil hybrid lebih diminati karena dianggap sebagai solusi transisi yang lebih praktis menuju elektrifikasi.
Mobil listrik memang menarik, tetapi ada segmentasi konsumen yang masih ragu, baik karena harga, keterbatasan jangkauan, atau kurangnya infrastruktur.
Toyota Tidak Menutup Diri dari Mobil Listrik, Tetapi Tetap Realistis
Meskipun Toyota tidak sepenuhnya menolak mobil listrik, mereka memilih pendekatan yang lebih luas.
Selain hybrid, Toyota juga mengembangkan teknologi lain seperti hydrogen fuel cell dan bahan bakar sintetis, yang berpotensi menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan.
“Kami harus melihat semua opsi dan bekerja ke segala arah,” kata Toyoda.
Ia percaya bahwa dalam jangka panjang, mobil listrik hanya akan mencakup sekitar 30 persen dari total penjualan global, sementara teknologi lain akan tetap berperan dalam upaya mengurangi karbon.
Pendekatan ini juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Jika transisi ke mobil listrik dilakukan secara mendadak, diperkirakan ada 5,5 juta pekerjaan di Jepang yang bisa terancam, terutama dari industri otomotif konvensional.
Mobil listrik memang memiliki keunggulan dalam hal zero tailpipe emissions, tetapi dampak lingkungannya tidak sesederhana yang dibayangkan.
Berita Terkait
-
Penjualan Mobil Listrik Terus Melejit, Pasar Mobil Nasional Masih Lesu di Kuartal I 2025
-
Polytron Luncurkan Mobil Listrik di Perayaan HUT 50 Tahun, Inikah Wujudnya?
-
Agar Tak Was-was Baterai Habis, Ini 4 Cara Hemat Gunakan Mobil Listrik Saat Bepergian
-
BYD Sealion 06 Siap Mengaspal di Indonesia: SUV Listrik Mewah dari Tiongkok Resmi Terdaftar
-
Mobil Listrik SERES 3 Melantai di PEVS 2025 dengan Harga Rp 300 Jutaan
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Musim Hujan Tiba Lebih Awal, BMKG Ungkap Transisi Musim Indonesia Oktober 2025-2026
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
Terkini
-
Jaecoo Fokus Pasar PHEV untuk Pasar Indonesia
-
Terpopuler: Swasta Ogah Beli BBM Pertamina, Bioetanol Jadi Momok
-
Geger Skutik Adventure! Kove ADX 180 Datang, Jegal Honda ADV160 dengan Harga Miring?
-
Polytron G3 vs G3+: Mana Mobil Listrik yang Lebih Worth It? Spesifikasi Lengkap dan Harga Terbaru!
-
Panduan Lengkap Motor Listrik Polytron: Pilih FOX-S, FOX-R, Evo, atau Trex? Cek Harga dan Spek!
-
Naksir Access 125? Intip Dulu Harga Motor Suzuki Oktober 2025
-
Apa Saja Mobil Deddy Corbuzier? Ini Isi Garasinya
-
Apa Itu Bio Etanol? Bahan Bakar yang Diklaim Bisa Bikin Pertalite Naik Kasta Jadi Pertamax
-
Penjualan BYD Merosot untuk Pertama Kali di Tengah Gempuran Perang Harga
-
Nissan Terindikasi Siapkan Penantang Honda HR-V dan Toyota Corolla Cross