Otomotif / Mobil
Jum'at, 22 Agustus 2025 | 12:45 WIB
Dari sekitar 3 juta unit transaksi kendaraan setiap tahun di Indonesia, dua juta di antaranya berasal dari mobil bekas. [Pexels]

Suara.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendorong pemerintah agar melakukan restrukturisasi pajak untuk memperkuat industri otomotif nasional yang kini sedang terpuruk.

Sekretaris Gaikindo Kukuh Kumara menilai perlambatan penjualan kendaraan hingga Juli 2025 harus dijawab dengan strategi berlapis, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk jangka panjang, Gaikindo mendorong restrukturisasi pajak kendaraan bermotor yang dinilai terlalu tinggi. Kukuh mengatakan, terlalu banyak pungutan yang membuat harga mobil baru sulit bersaing dengan mobil bekas.

Padahal, dari sekitar 3 juta unit transaksi kendaraan setiap tahun, dua juta di antaranya berasal dari mobil bekas yang minim kontribusi terhadap industri.

“Kalau sebagian pasar mobil bekas bisa dialihkan ke mobil baru, pasar mobil baru bisa tumbuh menjadi 2 hingga 3 juta unit per tahun. Dampaknya industri komponen, investasi, dan lapangan kerja akan berkembang pesat,” jelasnya.

Lebih lanjut Kukuh menekankan pentingnya konsistensi kebijakan otomotif nasional hingga 20 atau 30 tahun ke depan.

Dengan arah yang jelas, baik untuk kendaraan konvensional, hybrid, maupun listrik, Indonesia diyakini akan tetap menjadi pasar yang menarik bagi investor global dan menjaga posisinya sebagai pemain utama industri otomotif di kawasan.

"Jadi seluruh jenis kendaraan bisa tumbuh di Indonesia, asalkan ada kebijakan yang konsisten, enggak diganggu. Yang perlu ditekankan juga Indonesia itu sudah swasembada, mobil apa saja bisa dibuat di sini," katanya.

Sementara untuk jangka pendek, Gaikindo mendorong pemerintah agar memberikan insentif untuk industri. Kukuh menyampaikan bahwa sepanjang Januari hingga Juli 2025, total penjualan mobil wholesales sebanyak 435.390 unit.

Baca Juga: 4 Mobil Bekas Rp40 Jutaan, Solusi Anti Boncos Buat Anak Muda Dinamis

Meski demikian, Gaikindo menyatakan tetap optimistis pada target penjualan sebanyak 900.000 unit pada 2025 dapat tercapai.

Ia menyebut, penjualan pada bulan Juli menunjukkan perbaikan dibanding Juni, serta momentum pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang memberi dampak positif.

Menurut dia, solusi jangka pendek yang bisa dilakukan adalah pemberian insentif pemerintah untuk mendorong daya beli masyarakat.

Ia mencontohkan Malaysia yang tetap memberikan insentif otomotif setelah pandemi, sehingga penjualannya menembus 816.747 unit pada 2024 dan mampu menyalip Thailand sebagai pasar otomotif terbesar kedua di ASEAN.

“Itu yang harus dijaga. Indonesia masih nomor satu, tapi jangan dianggap remeh. Kita harus menyikapi dengan langkah yang pas agar industri tetap lebih baik,” tegas Kukuh.

Load More