Suara.com - Konsep sport-artainment yang diusung pada Indonesia Open 2019 tak hanya menyajikan kemeriahan dan hiburan bagi para penonton.
Di sisi lain, ajang ini juga berusaha memberikan edukasi mengenai sejarah bulutangkis Tanah Air kepada masyarakat.
Salah satunya dengan men-setting sebuah area yang diberi nama Zona Museum. Lokasinya berada di lantai dua Istora Senayan, Jakarta.
Para pengunjung bisa mengetahui sejarah singkat turnamen yang pertama kali digelar pada tahun 1982 itu.
Di samping itu, ada juga sejarah mengenai sejumlah pebulutangkis top dunia yang pernah mengikuti Indonesia Open, dari awal bergulir hingga edisi tahun lalu.
Sejarah singkat tersebut disajikan panitia pelaksana Indonesia Open 2019 dalam bentuk replika televisi yang menampilkan foto para jawara Indonesia Open.
Selain melalui Zona Museum, panpel juga coba menjabarkan sejarah Indonesia Open melalui sebuah panel bertajuk "The History of Indonesia Open".
Lokasi panel tersebut berada di sebelah kanan gerbang masuk Istora Senayan.
Ketua Panpel Indonesia Open 2019, Achamad Budiharto menjelaskan, Zona Museum dan panel sejarah sengaja ditampilkan pada edisi kali ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Baca Juga: Wawancara Pebulutangkis Cantik Thailand: Antara Jakarta dan Nasi Goreng
Selain bermanfaat bagi khalayak banyak, Budiharto berharap Zona Museum dan panel sejarah bisa turut serta memacu semangat dan motivasi para pebulutangkis Indonesia dalam rangka mengulang kedigdayaan masa lalu.
"Ya kita mulai mengajak berbagai pihak untuk mengetahui sejarah Indonesia Open ini. Karena dari historis ini kita berharap bisa membangkitkan lagi rasa bangga dan cinta mereka terhadap bulutangkis Indonesia," ujar Budiharto saat ditemui Suara.com di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Melalui panel "The History of Indonesia Open", dapat diketahui bahwa pebulutangkis Tanah Air merupakan pemegang gelar terbanyak.
Sejak edisi perdana, wakil Merah Putih telah mengumpulkan 83 gelar juara.
"Ini mulai kami hadirkan tahun ini. Edisi Indonesia Open tahun lalu belum ada. Belum kami jajakan soal histori," beber Budiharto.
Menurut Budiharto, pengadaan Zona Museum dan panel "The History of Indonesia Open" sedikit banyak terinspirasi dari turnamen bulutangkis negara lain.
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Desentralisasi Pembinaan: PBSI Luncurkan Pelatnas Wilayah
-
Kembali ke Mandalika, Jorge Lorenzo Bicara Tentang Kecepatan, Strategi, dan Hidup Setelah MotoGP
-
Korea Masters 2025: Tiga Ganda Putri Indonesia Langsung Tersingkir
-
Debut Manis Novak Djokovic di Athena, Alejandro Tabilo Tak Berkutik
-
Jakarta Bersiap untuk Capital Market Run 2025, 3.500 Pelari akan Turun ke Jalan
-
Terungkap Alasan Anthony Ginting Absen di Korea Masters 2025
-
Anthony Ginting Absen, Inilah Daftar Wakil Indonesia di Korea Masters 2025
-
Bagian Penting Tim, Pelita Jaya Jakarta Perpanjang Kontrak Vincent Kosasih
-
Rombak Besar-besaran, Tangerang Hawks Basketball Lepas Habib Titoaji
-
Tumbang di Final Hylo Open 2025, Putri KW Ambil Pelajaran dari Mia Blichfeldt