Sport / Raket
Sabtu, 01 November 2025 | 19:40 WIB
Perebutan tiket final Polytron Indonesia Para Badminton International 2025 yang berlangsung pada Sabtu (1/11/2025) di GOR Indoor Manahan, Solo, Jawa Tengah bergulir sengit dan penuh kejutan. [Dok NPC Indonesia]
Baca 10 detik
  • Sementara itu tuan rumah juga sudah dipastikan meraih emas pada Tunggal Putri SL 4 dan Ganda Putri SL 3 - SU 5.
  • All Indonesian final terjadi di nomor Ganda Campuran SL 3 - SU 5 yang mempertemukan Fredy Setiawan/KhalimatusSadiyah dan Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila.
  • Kedua pasangan tersebut berhasil meraih tiket final usai menjalani pertarungan alot melalui drama rubber set melawan wakil dari India.

Suara.com - Perebutan tiket final Polytron Indonesia Para Badminton International 2025 yang berlangsung pada Sabtu (1/11/2025) di GOR Indoor Manahan, Solo, Jawa Tengah bergulir sengit dan penuh kejutan.

Tak hanya memperebutkan medali emas, mereka juga berupaya meraih poin guna menaikkan peringkat dunia, lantaran turnamen yang didukung Bakti Olahraga Djarum Foundation ini berstatus Grade 2 Level 1.

Pada pertarungan final yang berlangsung pada Minggu (2/11/2025), Indonesia melaju di empat nomor, satu diantaranya all Indonesian final Ganda Campuran SL 3 - SU 5. Sementara itu tuan rumah juga sudah dipastikan meraih emas pada Tunggal Putri SL 4 dan Ganda Putri SL 3 - SU 5.

All Indonesian final terjadi di nomor Ganda Campuran SL 3 - SU 5 yang mempertemukan Fredy Setiawan/KhalimatusSadiyah dan Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila.

Kedua pasangan tersebut berhasil meraih tiket final usai menjalani pertarungan alot melalui drama rubber set melawan wakil dari India.

Fredy Setiawan/Khalimatus Sadiyah sebagai peringkat 1 dunia (per tanggal 28 Oktober 2025) menang atas Pramod Bhagat/Manisha Ramadass 21-18, 13-21, 22-20. Sementara Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila yang merupakan unggulan ketiga sukses mengandaskan Kumar Nitesh/Thulasimathi Murugesan 19-21, 21-12, 21-16.

Fredy mengakui laga semifinal kali ini penuh dinamika dan sempat membuatnya kesulitan menjaga fokus akibat banyak melakukan kesalahan sendiri.

Namun, pengalaman dan komunikasi yang solid dengan Khalimatus menjadi kunci kebangkitan mereka, terutama di gim penentuan ketika berhasil membalikkan keadaan.

"Pertandingan semifinal tadi cukup dramatis. Di gim kedua kami sempat tertinggal jauh karena banyak melakukan kesalahan sendiri, tapi di gim ketiga kami coba perbaiki komunikasi dan fokus untuk mendapatkan poin satu demi satu. Faktor itulah yang akhirnya membuat kami bisa balik unggul dan menutup pertandingan dengan kemenangan melawan pasangan India yang memang sangat kuat," ujar Fredy usai laga semifinal.

Baca Juga: FIFA ASEAN Cup: Peluang Indonesia Juara Lebih Besar Dibanding di AFF Cup?

Menatap all Indonesian final yang kembali terjadi di sektor sama pada tahun lalu melawan kompatriot Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila, Fredy tetap optimistis.

Lantaran di perhelatan sebelumnya mereka menelan kekalahan dan menjadi runner-up, pertandingan final tahun ini dipastikan berlangsung ketat karena kedua pasangan sudah saling mengenal karakter permainan masing-masing.

"Untuk final besok (1/11), kami akan bertemu Hikmat dan Ratri. Mereka tahu permainan kami begitu juga sebaliknya, jadi pertandingan pasti akan seru dan seimbang. Kami tentu ingin menang dan memberikan performa terbaik. Semoga bisa menutup turnamen ini dengan hasil maksimal,” tambahnya.

Beralih ke nomor Tunggal Putra WH 1, unggulan pertama asal Malaysia, Muhammad Ikhwan Ramli melenggang ke partai puncak usai tampil dominan dan menang straight game 21–11, 21-9 atas perwakilan Chinese Taipei, Yu-Yu Ong.

Meski di atas kertas Ramli sanggup meraih kemenangan mudah, ia mengaku sempat mengalami kesulitan mengerahkan kemampuan terbaik akibat arah angin di lapangan yang tidak menentu.

Namun, pengalaman bertanding di berbagai turnamen internasional membuatnya mampu cepat beradaptasi dan menjaga ritme permainan.

Load More