Suara.com - Danau Poopo di Bolivia secara resmi dinyatakan kering pada Desember kemarin, setelah sebagian besar air di danau terbesar kedua di negara Amerika Selatan itu menguap.
Perahu-perahu nelayan dibiarkan terbengkelai di atas tanah kering bekas danau. Sementara lalat-lalat berebutan bangkai-bangkai burung yang berserakan di atas tanah kering yang tadinya ditutupi air.
Sementara ratusan bahkan ribuan warga di sekitar danau itu kini sudah kehilangan mata pencarian mereka sebagai nelayan dan petani. Mereka terpaksa mengungsi ke kota terdekat.
Menurut laporan kantor berita Reuters, danau dengan panjang sekitar 90km dan lebar 32km itu, kini 99,9999 persen kering. Hanya tinggal 0,0001 persen air yang tergenang di danau raksasa itu.
Para ilmuwan mengatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan danau itu kering adalah akibat kekeringan yang dipicu oleh fenomena cuaca El Nino. Lapisan es di pegunungan Andean, yang menjadi sumber air danau itu, kini sudah lenyap. Selain itu, tingginya penggunaan air oleh industri pertambangan dan pertanian juga membuat danau itu kehilangan air lebih cepat.
"Ini adalah gambaran perubahan iklim masa depan," kata Dirk Hoffman, pakar glasier dari Jerman, yang meneliti efek naiknya suhu terhadap mencairnya lapisan es di Bolivia.
Lebih dari 100 keluarga telah menjual ternak, meninggalkan jala dan perahu dan meninggalkan rumah mereka di desa Untavi di tepi Danau Poopo selama tiga tahun terakhir. Kini hanya orang-orang lanjut usia yang masih mendiami desa itu.
Tak hanya mansia, ekosistem di danau itu kini terancam punah, seiring dengan meningkatnya suhu udara di wilayah itu sebesar 1 derajat Celcius. Para pakar biologi mengatakan sebanyak 75 spesies burung telah meninggalkan kawasan itu dan ribuan ikan mati pada 2014.
Ancaman terhadap ekosistem diperparah oleh aktivitas pertambangan yang membuat danau tercemar oleh logam berbahaya seperti cadmium dan timbal. Menurut warga lokal, perusahaan-perusahaan tambang terus menyedot air dari danau itu sejak 1982.
Berita Terkait
-
Bukan Meninggalkan, Hanya Mendefinisikan Ulang: Kisah Anak Nelayan di Era Modern
-
Ulasan Buku El Nino La Nina Rumah Tangga: Bahas Pernikahan dengan POV Realistis!
-
Bagaimana Perubahan Iklim Bisa Tingkatkan Ancaman Penyakit Zoonosis?
-
Perubahan Iklim dan Letusan Gunung Jadi Penyebab Punahnya Hobbit Flores
-
Pemerintah Perkuat Komitmen Perubahan Iklim, Pengelolaan Karbon Jadi Sorotan di CDC 2025
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
32 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Desember: Klaim Henry, Fabregas 114, dan Gems
-
Tiruan Game Horizon Ditarik dari Steam: Babak Akhir Pertarungan Sony vs Tencent?
-
60 Kode Redeem FF Aktif 21 Desember 2025: Garena Bagi Diamond Gratis dan Bundle Spesial
-
Bocoran Harga Redmi Note 15 5G di Pasar Asia Beredar, Diprediksi Lebih Mahal
-
HP Murah HMD Vibe 2 Siap Debut: Desain Mirip iPhone, Harga Diprediksi Sejutaan
-
Xiaomi Home Screen 11 Muncul di Toko Online, Pusat Kontrol Lebih Premium
-
Honor Win Segera Rilis: Usung Baterai 10.000 mAh, Skor AnTuTu 4,4 Juta Poin
-
10 Prompt Gemini AI Edit Foto Bersama Ibu, Siap Pakai untuk Rayakan Hari Ibu Besok
-
5 Smartwatch GPS dengan Baterai Tahan Lama, Aman Dipakai setiap Hari
-
6 HP Snapdragon 256 GB Termurah Mulai Rp2 Jutaan, Cocok untuk Gaming Ringan