-
- Iklim berubah, risiko zoonosis meningkat lewat suhu dan cuaca ekstrem.
- Bukti ilmiah terbatas, dampak iklim pada penyakit belum utuh.
- Riset terpadu dibutuhkan untuk cegah penyakit akibat krisis iklim.
Suara.com - Pemanasan global kini membawa dampak lebih buruk dari sekedar kerusakan pada lingkungan. Di tengah laju kenaikan suhu bumi yang mendekati 1,5 derajat Celsius, perubahan iklim kini diklaim sebagai faktor penyebaran penyakit zoonosis.
Perubahan pola cuaca, degradasi ekosistem, serta pergeseran wilayah hidup berbagai spesies satwa membentuk lanskap baru interaksi antara manusia, hewan, dan patogen.
Tinjauan dari banyak kajian ilmiah menunjukkan bahwa iklim memiliki peran penting dalam membentuk pola kemunculan penyakit. Walaupun, dampak yang diberikan tidak selalu seragam. Dari ratusan publikasi yang ditelaah, peneliti hanya menemukan sekitar 53 isu penyakit zoonosis.
Temuan ini menunjukkan bahwa pemahaman ilmiah tentang dampak perubahan iklim terhadap penyakit masih sangat terbatas.
Secara umum penyakit zoonosis memang sensitif terhadap iklim. Pemanasan suhu digadang-gadang menjadi faktor dominan yang sering dikaitkan dengan risiko jangkitan.
Peningkatan temperatur kerap beriringan dengan naiknya potensi penularan, khususnya pada penyakit yang melibatkan vektor seperti kutu dan tikus yang mudah meluas musim penularannya.
Dan curah hujan ekstrem juga menciptakan habitat baru bagi banyak vektor penyakit. Kelembaban, perubahan tutupan lahan, hingga gangguan ekosistem ikut mempengaruhi bagaimana patogen berkembang dan berpindah antar inang.
Kompleksitas kedua faktor itu bisa dilihat jelas pada wabah pes, para peneliti menilai, hubungan antara perubahan iklim dan jangkitan penyakit tidak dapat disederhanakan. Setiap penyakit memiliki karakteristik biologisnya tersendiri, melibatkan inang yang berbeda, serta beroperasi dalam lingkungan yang berbeda-beda juga.
Situasi ini mendorong seruan agar penelitian tentang iklim dan kesehatan disusun dalam kerangka yang lebih terpadu. Peneliti utama Artur Trebski mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk memikirkan kembali bagaimana hubungan iklim-penyakit dipelajari dan dilaporkan.
Baca Juga: Nasib Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Cengkeraman Ekskavator
"Kami melihat begitu banyak variasi perantara, bahkan dalam penyakit yang sama, jadi kami membutuhkan lebih banyak nuansa dalam cara kami meringkas dampak kesehatan di masa depan akibat perubahan iklim." Ujarnya
Senada dengan Artur, David Redding menekankan perlunya kerangka penelitian bersama agar dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dapat dipahami secara lebih utuh. Menurutnya, pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas ini menjadi kunci untuk merancang langkah pengendalian penyakit yang lebih efektif di masa depan.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Prabowo Mau Tanam Sawit di Papua, Anggota Komisi IV DPR Ingatkan Pengalaman Pahit di Berbagai Daerah
-
Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
-
DPR Apresiasi Peta Jalan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Negara Diminta Buka Tabir Kebenaran
-
Anggaran Fantastis Belasan Triliun Rupiah Digelontorkan untuk Guru Keagamaan di 2026
-
WALHI Kritik Rencana Prabowo Tanam Sawit dan Tebu di Papua: Tak Punya Hati dan Empati!
-
7 Fakta Ganjil Kebakaran Ruko Terra Drone: Izin Lolos Tanpa Tangga Darurat?
-
Fakta Baru Kebakaran Ruko Terra Drone: Pemilik Lepas Tangan, Perawatan Rutin Nihil
-
5 Momen Dasco Jadi 'The Crisis Manager' di Tahun 2025
-
Dampak Banjir dan Longsor Sumut Kian Parah, 360 Orang Meninggal dan Puluhan Ribu Mengungsi
-
Perpol Jabatan Sipil Polri Jadi Bola Panas, Komisi Reformasi Turun Tangan Bahas Polemik