Suara.com - Tawaran Google untuk membayar sejumlah uang sebagai bentuk penyelesaian masalah pajak dengan pemerintah Indonesia rupanya terlalu kecil dan kesepakatan antara kedua pihak tidak akan tercapai tahun ini, demikian dikatakan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus Muhammad Haniv.
"Karena kedua pihak tak mencapai kata sepakat, investigasi berlanjut," tegas Haniv, seperti diwartakan Reuters, Jumat (16/12/2016) di Jakarta.
"Sekarang kami meminta Google untuk membuka pembukuannya dan dari situ kami akan menghitung pajak yang menjadi hutang Google," tegas Haniv yang juga menjadi salah satu investigator utama kasus ini.
Google, di sisi lain, menolak berkomentar. Google hanya kembali mengulangi pernyataan bahwa mereka telah membuka kantor cabang di Indonesia sejak 2011, telah membayar pajak, dan siap bekerja sama dengan pemerintah.
Sebelumnya pada akhir November lalu Haniv, kepada Wall Street Journal, mengatakan bahwa pemerintah akan meringankan tunggakan pajak Google menjadi 73 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp998,05 miliar.
"Anggap ini amnesti pajak bagi Google," ujar dia ketika itu.
Pemerintah Indonesia meyakini Google telah mengemplang pajak di Tanah Air. Pada Oktober lalu Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan mengatakan akan memburu tagihan pajak Google di Indonesia, hingga ke periode lima tahun lalu.
Menurut hitungan DJP, Google menunggak pajak di Indonesia sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp5,2 triliun. DJP menuding bahwa PT Google Indonesia membayar pajak kurang 0,1 persen dari pendapatan total dan pajak pertambahan nilainya tahun lalu.
Selain Google, pemerintah juga berencana korporasi teknologi lain yang telah membuka kantor cabang di Tanah Air seperti Twitter, Facebook, dan Yahoo juga mempraktikkan hal serupa.
Berita Terkait
-
Kejagung Periksa Karyawan Google Indonesia dalam Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbudristek
-
Google Cloud Meluncurkan Data Region Operasi Keamanan demi Perkuat Keamanan Siber Indonesia
-
Ada Konspirasi di Proyek Laptop Rp 9,9 Triliun? Mengapa Kejagung Periksa Petinggi Google Indonesia?
-
Google Cloud Perluas Kapasitas Pusat Data AI di Jakarta
-
Dicoding : Indonesia Butuh 23 Juta Talenta Informatika Berkualitas
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Bocoran Spesifikasi PS6, Lebih Kencang 8 Kali Lipat dari PS5!
-
12 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 16 September 2025: Klaim Hadiah, Hadir Son Heung-min dan Kessie
-
iOS 26 Bikin iPhone Panas dan Boros Baterai, Ini Klarifikasi Apple
-
52 Kode Redeem FF Terbaru 16 September 2025, Klaim M1014 Green Flame Draco dan SG2 OPM
-
Cara Mengedit Foto yang Lagi Viral, Buat Miniatur Efek Retro Pakai Gemini AI
-
HP Baru iQOO Muncul di Geekbench: Usung RAM 16 GB dan Dimensity 9500
-
Apple Rencanakan Peluncuran iPhone dan MacBook Baru di Awal 2026?
-
Ubah Foto Biasa Jadi Profesional LinkedIn, Cuma Modal Gemini AI Pakai Prompt Ini!
-
Lapisan Ozon Menuju Pemulihan Penuh, PBB Sebut Bukti Nyata Kemajuan
-
Video Lawas Budi Arie Viral Lagi, Sebut Masuk Penjara Bila Kalah di Pilpres 2024