Suara.com - Dalam Kitab Suci diceritakan bahwa miliaran manusia di Bumi saat ini berasal dari nenek moyang yang sama: Adam dan Hawa. Umat dari setidaknya tiga agama besar di Bumi, Yahudi, Kristen, dan Islam mengimani kisah ini.
Tetapi jika bicara dari sudut pandang sains, bisakah sepasang lelaki dan perempuan menghasilkan keturunan untuk memenuhi muka Bumi? Bisakah seorang lelaki dan seorang perempuan mengawali kehidupan baru manusia di planet baru seperti Mars?
David Nield, dalam artikelnya di Science Alert, meragukan hal ini.
Masalah pertama dalam kasus seperti ini, urai dia, adalah generasi pertama dari anak-anak sepasang manusia itu adalah jelas saudara dan saudari kandung. Generasi kedua, cucu dari pasangan pertama tadi, statusnya sepupu.
Sejumlah besar studi sebelumnya sudah menunjukkan bahwa ketika orang-orang yang memiliki hubungan darah tingkat pertama atau kedua kawin dan menghasilkan keturunan, maka anak-anak mereka akan mengalami masalah kesehatan.
Sebuah penelitian di Republik Cek, yang meneliti perkawinan antara kerabat pada periode 1933-1970, menunjukkan bahwa banyak anak-anak dari pasangan itu yang meninggal saat dilahirkan dan mengalami cacat fisik atau mental.
Sementara di Pulau Pingelap, Mikronesia sebagian besar warganya menderita buta warna, setelah sebuah badai pada 1775 menyapu pulau itu dan meninggalkan hanya 20 warga yang selamat.
Pengamatan yang sama pernah dilakukan oleh wartawati BBC, Zaria Gorvett. Ia meneliti kelainan genetika pada bangsawan-bangsawan Eropa, yang dikenal menikah hanya dengan sesama kaum bangsawan.
Lungkang Genetik
Salah satu contoh kasus yang terkenal adalah Raja Charles II dari Spanyol. Ia lahir dengan sejumlah kelainan fisik, seperti bentuk wajah yang aneh dan tak memiliki keturunan dari dua istrinya, serta mengalami gangguan mental.
Pemicu utama dari masalah pernikahan antara kerabat dekat ini terletak pada apa yang disebut sebagai "kolam atau lungkang genetik". Semakin kecil kolam genetiknya, semakin besar peluang munculnya masalah pada keturunan yang dihasilkan.
Penyakit turunan langka, termasuk buta warna, biasanya disebabkan ketika dua gen yang identik diturunkan baik oleh ayah dan ibu kepada anak. Jika ayah dan ibu anak itu bersaudara, maka gen keduanya kemungkinan besar sama dan penyakit itu akan terus diturunkan ke anak serta cucu mereka.
Tak hanya itu, keberagaman genetik juga membuat sebuah spesies mampu mengatasi masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Keberagaman itu akan hilang ketika dua individu yang berkerabat bereproduksi. Perkawinan antarkerabat juga diketahui bisa merusak kualitas sperma dan menyebabkan kemandulan.
"Dalam sebuah populasi kecil, semua orang cepat atau lambat akan berkerabat dan ketika perkerabatan meningkat, pernikahan sedarah menjadi semakin penting," kata Bruce Robertson dari Otago University di Selandia Baru, yang terlibat dalam upaya pelestarian populasi burung kakatua yang terancam punah.
Berita Terkait
-
Terobosan RIPE: Rekayasa Genetika Selamatkan Ketahanan Pangan dari Krisis Iklim?
-
Para Ilmuwan: "Kita Mungkin Salah Tentang Asal Usul Kehidupan"
-
Wujudkan Domba "Monster" untuk Perburuan Trofi, Pria Ini Dipenjara Karena Rekayasa Genetika Ilegal
-
Sering Terjadi Turun-temurun, 3 Hal Ini Tak Diwariskan Secara Genetika
-
Terungkap! Ternyata Kemampuan Orgasme Menurun Secara Genetik
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
5 Tablet Murah di Bawah Rp 1 Juta dengan RAM Besar dan Baterai Jumbo
-
Adu Baterai Xiaomi 17 vs iPhone 17: HP Android Masih Memimpin
-
Klarifikasi Komdigi soal Viral Wacana Balik Nama Jual Beli HP Mirip Motor: Sifatnya Sukarela
-
RRQ dan Evos Wakili Indonesia di Turnamen Dunia FFWS Global Finals 2025 Free Fire
-
Pakai Chip Anyar Qualcomm, Hands-On Realme GT 8 Pro Beredar
-
Advan Workplus Air Resmi, Laptop Tipis dengan AMD Ryzen 5 Harga Rp 8 Jutaan
-
10 HP Android Terkencang Versi AnTuTu September 2025: Xiaomi 17 Pro Max Nomor Satu
-
Cek HP atau Tablet Xiaomi Kamu Mana yang Siap Terima Pembaruan HyperOS 3
-
Fakta-Fakta Hujan Meteor Draconid yang Salah Satunya Jatuh di Cirebon
-
5 Rekomendasi Smartwatch Murah dengan SIM Card di Bawah Rp 1 Juta