Suara.com - Sebuah tim ilmuwan yang berbasis di AS mengumpulkan feses badak sebagai penelitian konservasi baru untuk membantu mencegah badak agar tidak punah.
Melansir VOA news (30/8/2018), dalam sebuah kelompok kerja yang dijuluki "Menyelamatkan spesies dengan kotoran," tim dari Kebun Binatang Chester dan Universitas Manchester ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pertumbuhan populasi yang buruk dari satwa-satwa besar herbivora Afrika, termasuk badak hitam, Grevy's Zebra, dan Cape Zountain Zebra.
Fokus utama adalah meneliti badak hitam yang terancam punah, spesies yang berhasil dibesarkan di penangkaran di Kebun Binatang Chester dalam beberapa tahun terakhir ini berusaha memahami kesehatan hewan tersebut dari kotorannya. Dan ternyata hasilnya sangat berguna.
"Sebagian besar penelitian yang kami lakukan untuk menilai kesehatan dan stres para badak dan ini melibatkan pengumpulan banyak kotoran," kata Profesor Susanne Shultz dari University of Manchester kepada Reuters beberapa waktu lalu.
"Kami ingin meneliti model-model (kotoran) yang telah kami kembangkan pada hewan penangkaran dan menerapkannya pada populasi liar dan menilai kesehatan serta kesejahteraan satwa liar. Ternyata satwa liar ini (badak) banyak yang mengalami kesulitan berkembang biak," lanjutnya.
Tim ini menggunakan biomarker hormonal yang ada di kotoran hewan untuk memahami stres dan kesehatan reproduksi pada hewan liar dan mereka mengatakan itu dapat dikumpulkan tanpa mengganggu hewan.
"Melalui kotorannya, kita dapat melihat bagaimana menekankan hewan-hewan itu, kondisi mereka seperti apa, kesehatan individu mereka, apakah mereka bereproduksi, dan sebagainya," kata Dr. Danielle Gilroy, pemimpin proyek penelitian pada spesies lain (Zebra Grevy) yang juga terancam punah.
"Semua faktor yang berbeda ini pada dasarnya menunjukkan kebugaran mereka,"
Dan hasilnya diketahui sekitar 5.000 hingga 5.400 badak hitam yang hidup di Afrika Timur dan Selatan, menurut World Wildlife Fund. "terancam kritis".
Penelitian ini tidak hanya berharap untuk melihat dampak manusia dan lingkungan pada populasi liar.
"Kami tidak bisa hanya berpikir tentang kebun binatang tetapi memikirkan populasi secara besar, seperti populasi yang ada di dalam jangkauan alam mereka, misalnya di Kenya," kata Dr. Sue Walker, kepala Ilmu Terapan di Kebun Binatang Chester.
"Kami menganggapnya sebagai satu metapopulasi dan kami dapat menerapkan toolkit yang sama untuk memahami mengapa hewan di Kenya sulit berkembang biak. Hal terpenting yang dapat kami lakukan adalah memaksimalkan reproduksi pada hewan-hewan ini," lanjut Dr. Sue Walker.
Menurut Kenya Wildlife Service, Kenya memiliki populasi badak 1.258 pada tahun 2017 yang 745 adalah badak hitam, 510 adalah badak putih selatan dan tiga adalah badak putih utara.
Wah, bisa dibayangkan dari data tersebut jika semua badak liar bermasalah dengan reproduksi apa jadinya anak cucu kita hanya bisa melihat badak dari foto.
Berita Terkait
-
Ilmuwan Pastikan Kawah Silverpit di Laut Utara Tercipta akibat Asteroid
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Ribuan Ilmuwan Geruduk Kantor Presiden, Tegaskan Kalau Perubahan Iklim Masalah Nyata!
-
Putin Selalu Bawa Pulang Urin dan Kotoran BAB Usai Kunjungan Luar Negeri, Alasannya Nggak Main-main!
-
Ilmuwan Buat Chip 6G Pertama di Dunia, Potensi Kecepatan Internet Tembus 100 Gbps
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Segini Harga iPhone 17 di Indonesia, Apa Saja Kelemahannya?
-
27 Kode Redeem FF 18 Oktober 2025 Terbaru untuk Atasi Skin Cupu bagi Para Survivor yang Mau Booyah
-
Terungkap! Ini Biang Kerok Cuaca Panas Menyengat di Indonesia, BMKG Ungkap Faktanya
-
15 Kode Redeem FC Mobile 18 Oktober 2025, Kit Spesial hingga Pemain OVR 113 Gratis
-
Rekomendasi 4 HP Android dengan Kamera Bagus Harga Rp2 Jutaan: Hasil Jepretan Bak Gunakan iPhone
-
5 HP dengan Memori 8 GB Harga Mulai dari Rp1 Jutaan: Spek Gahar, Tapi Harga Bersahabat
-
Pemilik HP Xiaomi: Jangan Instal Aplikasi Ini jika Tidak Ingin Kehilangan Fitur Berharga!
-
OPPO Find X9 Series: Era Baru Fotografi Mobile? Pre-Order dan Dapatkan Penawaran Spesial!
-
7 Fakta Penting di Balik Kasus Radioaktif Udang dan Cengkeh di Indonesia
-
Galaxy S25 FE: Smartphone Rp 9 Jutaan dengan Update Software 7 Tahun dan AI Canggih!