Suara.com - Pemerintah Indonesia disebut menggunakan software atau peranti lunak buatan perusahaan Israel untuk memata-matai dan menyusun sebuah data base berisi daftar aktivis-aktivis pembela hak komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Tanah Air.
Surat kabar Israel, Haaretz, dalam laporan bertajuk Revealed: Israel's Cyber-spy Industry Helps World Dictators Hunt Dissidents and Gays, membeberkan bahwa ada otoritas di Indonesia yang membeli software mata-mata Israel untuk menyasar aktivis LGBT dan kelompok dari agama minoritas di Tanah Air.
Selain menyusun data base aktivis LGBT, software buatan perusahaan Israel itu juga dimanfaatkan untuk menyelidiki seorang "tokoh publik non-Muslim yang dituding melakukan bidaah." Sayang, tak dijelaskan siapa tokoh publik non-Muslim tersebut.
Software mata-mata yang dimaksud adalah buatan Verint, sebuah perusahaan peranti lunak asal Israel yang beroperasi di beberapa negara di dunia, mulai dari Afrika, Timur Tengah, hingga Amerika Latin.
Berdasarkan penelusuran Suara.com, di Jakarta, tepatnya di bilangan Karet, Jakarta Pusat, terdapat sebuah kantor milik Verint System Inc yang bergerak di bidang peranti lunak.
Dalam situs resmi Verint global, dicantumkan bahwa perusahaan itu memang memiliki kantor di Jakarta, tepatnya di lantai 26 Menara Batavia, Jalan KH Mas Mansyur, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Suara.com mencoba menelepon ke nomor perwakilan Verint di Jakarta yang tertera di dalam website Verint global, tetapi belum tersambung. Panggilan hanya dijawab oleh mesin yang mengatakan, "Selamat datang di PT Ciboodle Indonesia, bagian dari Verint System."
Verint sendiri, dalam laporan Haaretz, memiliki sejumlah produk software mata-mata yang digunakan oleh berbagai negara. Perusahaan itu awalnya berdiri menggunakan nama Comverse Technology dan bergerak di bidang intelijen. Kini, perusahaan yang bermarkas di Herzliya, Tel Aviv, Israel itu memiliki 5.200 pegawai di beberapa negara.
Produk Verint sendiri memiliki kemampuan macam-macam, mulai dari menyadap komunikasi telepon hingga mengumpulkan data berdasarkan aktivitas di media sosial.
Di Peru misalnya, software Verint digunakan militter untuk melacak satelit, melacak komunikasi nirkabel maupun landline dari 5.000 target, da merekam pembicaraan dari 300 orang secara simultan. Verint juga memiliki sebuah produk bernama SkyLock, yang bisa mendeteksi lokasi semua ponsel di seluruh Peru.
Sementara di Kolombia, Verint menjual sebuah teknologi yang bisa menyadap percakapan telepon serta mematai-matai tokoh-tokoh penentang pemerintah.
Belum diketahaui produk seperti apa yang dijual Verint di Indonesia dan lembaga mana yang menggunakannya.
Suara.com, pada Sabtu (20/10/2018), telah menghubungi Kemeterian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), tetapi Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu mengaku tidak mengetahui soal informasi tersebut.
"Kominfo tidak memakai sofware itu. Mesin crawling kami cuma mesin biasa," kata lelaki yang akrab disapa Nando itu, mengacu pada mesin penapis yang digunakan Kominfo untuk menyaring konten-konten negatif di internet Indonesia.
Sementara ketika ditanya soal penggunaan software Verint untuk menyusun data base aktivis LGBT dan menyelidiki tokoh publik tertentu di Tanah Air, Nando mengaku tidak tahu.
Berita Terkait
-
Kapal Aktivis Pengangkut Bantuan Diadang Pasukan Israel, Wanda Hamidah: Ini Tindakan Ilegal
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
FIFA Didesak Jatuhi Sanksi Israel, Gianni Infantino Angkat Bicara
-
Mengenal Kapal Flotilla yang Bawa Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Tapi Disergap Tentara Israel
-
Heboh Elon Musk Ancam Boikot, Giliran Komdigi Ikut Awasi Film LGBT Netflix
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Komdigi Ungkap Nasib TikTok di Indonesia Usai Izin Dibekukan
-
Oppo A5i Pro 5G Resmi ke RI, HP Murah Punya Durabilitas Standar Militer
-
5 Rekomendasi Kamera Murah Berkualitas: Cocok Buat yang Baru Mulai Ngonten!
-
Ilmuwan Pastikan Kawah Silverpit di Laut Utara Tercipta akibat Asteroid
-
Jumat Berkah, Kode Melimpah: 31 Kode Redeem FF 3 Oktober 2025 Siap Diklaim, Ada Vector Batik
-
15 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 3 Oktober 2025, Peluang Gaet Nedved Gratis Di Depan Mata
-
6 Cara agar Foto Profil WhatsApp Tidak Pecah dan Tetap Jernih
-
Komdigi Mau Transaksi HP Second Bisa Balik Nama, Mirip Jual Beli Motor
-
HP Murah Huawei Nova 14i Resmi Debut: Layar Hampir 7 Inci dan Baterai 7.000 mAh
-
Biznet Gio Kenalkan Layanan AI Murah, Bayarannya Cuma per Jam