Suara.com - Sudah lebih dari 4.600 orang di 52 negara mendaftar untuk secara sadar diinfeksi oleh virus corona baru Sars-Cov-2 pemicu wabah Covid-19, dengan tujuan mempercepat pengembangan vaksin virus mematikan tersebut.
Sebuah organisasi bernama 1 Day Sooner mendorong pendekatan kontroversial dalam pengembangan vaksin bernama human challenge trials (HCT). Pendekatan ini diyakini akan jauh mempercepat tersedianya vaksin Covid-19 yang manjur.
Sejauh ini ada lebih dari 70 calon vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di dunia. Tapi vaksin-vaksin itu paling cepat baru tersedia tahun 2021 mendatang karena harus melalui berbagai pengujian yang memakan waktu berbulan-bulan.
Gerakan 1 Day Sooner ini - berpijak pada gagasan Nir Eyal dari Rutgers University dan Peter G. Smith dari School of Hygiene & Tropical Medicine di Inggris, serta Mark Lipsitch dari Harvard University di Amerika Serikat - ingin memangkas prosedur-prosedur tadi.
Sebagai catatan, nama yang disebut terakhir, Lipsitch, sempat ramai dibicarakan di Indonesia karena pada Februari lalu mengatakan bahwa virus corona baru sudah ada di Indonesia dan pemerintah gagal mendeteksinya.
"Vaksin adalah tiket kita untuk keluar dari krisis ini. Jika kita bisa memiliki vaksin lebih cepat, kita bisa menyelamatkan jutaan orang dari virus corona, penyakit lain, dan kelaparan berskala besar," kata Eyal seperti dilansir Haaretz.
Tiga ilmuwan ini merumuskan gagasan mereka soal HCT dalam The Journal of Infectious Diseases yang terbit pada akhir Maret kemarin.
Pengembangan vaksin yang lelet
Standar pengembangan vaksin di dunia memang sangat lama, khususnya ketika memasuki tahap terakhir yakni pengujian untuk mengecek kemanjuran sebuah vaksin atau pengujian fase III.
Baca Juga: Inggris Dukung Ketersediaan Vaksin COVID-19 untuk Dunia
Vaksin biasanya mulai dikembangkan di laboratorium. Setelah itu, para ilmuwan menguji kemanjurannya di tabung-tabung penelitian dan ke binatang. Binatang akan dipapari virus dan kemanjuran vaksin terlihat jika binatang eksperimen itu tidak terinfeksi.
Setelah itu calon vaksin kemudian memasuki fase uji klinis pertama: menguji vaksin ke manusia. Di fase ini, calon vaksin diberikan ke sejumlah kecil orang dan para ilmuwan akan memeriksa efek samping negatif dari vaksin tersebut.
Jika fase ini rampung dan peneliti melihat ada efek terhadap sistem kekebalan tubuh sukarelawan, maka pengujian kemanjuran akan dimulai. Di fase ini sukarelawan berjumlah lebih besar dan terbagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama akan diberikan calon vaksin yang sedang dikembangkan. Kelompok kedua akan diberikan vaksin plasebo - suntikan lain yang tidak mengandung vaksin. Tetapi setiap sukarelawan tidak akan tahu mereka menerima calon vaksin yang sebenarnya atau cuma disuntik dengan plasebo.
Dua kelompok ini kemudian dipersilahan kembali ke tempat mereka masing-masing sembari diamati para ilmuwan dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui perbedaan tingkat infeksi dan jumlah partikel virus dalam tubuh mereka.
Seluruh proses ini bisa berlangsung berbulan-bulan dan di sinilah keunggulan pendekatan HCT yang kontroversial.
Berita Terkait
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Anggaran Daerah Dipotong, Menteri Tito Minta Pemda Tiru Jurus Sukses Sultan HB X di Era Covid
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
7 Tablet RAM 12 GB dengan Slot SIM Card Murah, Harga Mulai Rp900 Ribuan
-
40 Kode Redeem FF 23 Desember 2025: Klaim Skin Winterland dan Bocoran Karakter Ninja OB52
-
25 Kode Redeem FC Mobile 23 Desember 2025: Klaim Gems Gratis dan Prediksi Harga Shards Drogba Murah
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Jelang Perilisan Redmi Note 15 5G, Xiaomi Pamer Layar Curved AMOLED 3.200 Nits
-
6 HP Murah Rp 2 Jutaan Terbaik 2025 Pilihan David GadgetIn: Spek Apik, Gaming Oke
-
Call of Duty Siap Meluncur di Nintendo Switch 2, Ini Bocoran Waktunya
-
5 HP Sultan dengan Chipset Snapdragon 8 Gen 2, Harga Merakyat di Bawah Rp 2 Jutaan
-
Poster Resmi iQOO Z11 Turbo Beredar, Andalkan Snapdragon 8 Gen 5
-
Huawei Nova 15 Ultra dan Pro Debut, Usung Kamera Unik 'Dual-Ring'