Selain itu, ada juga sentimen yang kuat bahwa rakyat China memang pantas terkena virus sebagai balasan atas penindasan yang mereka lakukan terhadap Muslim di Uighur.
Sementara itu, di Malaysia, sebagian besar cuitan menyalahkan sekelompok Muslim yang mengadakan tabligh akbar di Sri Petaling, Malaysia yang mengakibatkan banyak peserta terinfeksi.
Panitia penyelenggara acara tersebut menjadi sasaran stigma karena kecerobohan mereka yang tetap mengambil risiko mengadakan acara, meskipun telah ada peringatan dari otoritas setempat mengenai COVID-19.
Teori tentang stigma
Sosiolog dari Amerika Serikat Erving Goffman mendefinisikan stigma sebagai atribut yang mendiskreditkan orang lain dan yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Adapun stigma muncul karena kondisi fisik seseorang, karakter yang negatif, atau latar belakang ras, jenis kelamin, dan etnis.
Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa objek stigma yang dominan dari kedua negara seputar COVID-19 adalah latar belakang seseorang.
Di Malaysia, stigma yang berkaitan dengan ‘latar belakang’ seseorang mencapai 95,8%, sementara sisanya berkaitan dengan ‘karakter negatif’ sebesar 4,2%. Di Indonesia, kami menemukan sebesar 69,3% stigma berkaitan dengan ‘latar belakang’ seseorang, diikuti dengan 28,1% stigma pada ‘karakter’, dan sebesar 2,6% terkait dengan ‘kondisi fisik’.
Konsep stigma memiliki setidaknya lima faktor, yaitu pelabelan, asosiasi negatif, pemisahan, kehilangan status, dan kemampuan mengendalikan.
Faktor pertama, yaitu pelabelan, berkaitan dengan “upaya memberikan label buruk pada kondisi yang terjadi”.
Baca Juga: Eksperimen Uji Kemampuan Nikotin Lawan Covid-19 Digelar Bulan Depan
Selama pandemi COVID-19 di Indonesia dan Malaysia, stigma semacam ini termasuk menggunakan kata-kata “Cina” atau “orang Cina” untuk menggambarkan penyakit tersebut.
Faktor kedua, asosiasi negatif, yakni menggunakan asosiasi negatif untuk menyebut orang yang memiliki penyakit atau bahkan anggota keluarga dari pasien yang terinfeksi dan kasus yang terkonfirmasi.
Faktor ketiga, dimensi pemisahan, terlihat dari adanya upaya memutuskan kontak dengan pasien COVID-19.
Faktor keempat, kehilangan status, menunjukkan situasi saat pasien atau keluarganya kehilangan hak istimewa atau status sosial mereka, termasuk perumahan, pendidikan, pekerjaan, dan perawatan kesehatan akibat terinfeksi COVID-19.
Faktor terakhir, kemampuan mengendalikan. Hal ini terkait dengan kapasitas seseorang untuk mengendalikan situasi guna menghindari kondisi yang tidak baik, termasuk tanggung jawab untuk menghindari dirinya terjangkit COVID-19.
Di Malaysia, dimensi stigma yang mendominasi faktor terkait dengan kegagalan kelompok agama yang disebut di atas dalam mengendalikan acaranya (83,3%), diikuti oleh faktor ‘pelabelan’ (14,6%), dan ‘pemisahan’ (2,1%).
Berita Terkait
-
Menkeu Purbaya Mulai Tarik Pungutan Ekspor Biji Kakao 7,5 Persen
-
Delpedro Marhaen Praperadilan: Penangkapan Janggal Setelah Satu Hari Jadi Tersangka?
-
Disekap dan Disiksa Seperti Hewan, Begini Kisah Mengerikan Korban Modus COD Mobil di Tangsel
-
Tembus 1 Juta Pengguna, Pegadaian Apresiasi Nasabah Tring! dan Percepat Transformasi Digital
-
Hidup Sunyi Ammar Zoni usai 'Dibuang' ke LP Nusakambangan, Sidang Kasusnya Cuma Lewat Zoom
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mulai Tarik Pungutan Ekspor Biji Kakao 7,5 Persen
-
4 Rekomendasi HP 2 Jutaan Layar AMOLED yang Tetap Jelas di Bawah Terik Matahari
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
-
Proyek Sampah jadi Energi RI jadi Rebutan Global, Rosan: 107 Investor Sudah Daftar
Terkini
-
4 Rekomendasi HP 2 Jutaan Layar AMOLED yang Tetap Jelas di Bawah Terik Matahari
-
Cara Jitu Bedakan Service Center Modena Asli vs. Palsu
-
53 Kode Redeem FF Terbaru 17 Oktober 2025: Klaim Skin AK47 Draco dan SG2
-
Antusiasme Pembeli iPhone 17 Pertama RI: Rela Antre Berjam-jam, Kompak Pilih Cosmic Orange
-
33 Tips Jitu Merawat Laptop Agar Awet Bertahun-Tahun, Anti Rusak dan Overheat!
-
Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
-
Sony Pernah Pertimbangkan Kolaborasi dengan Tencent di Last of Us
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
-
HyperOS 3 Hadir! 6 HP Xiaomi Ini Kebagian Duluan, Kapan Giliran Indonesia?
-
Rela Antre 21 Jam dari Pukul 3 Pagi Demi iPhone 17!