Suara.com - Sebuah aplikasi baru bernama Remove China Apps, berupaya menandai aplikasi yang dikembangkan di China. Ditemukan di Google Play Store (dan baru saja dihapus oleh Google), aplikasi tersebut menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di etalase aplikasi Google Google selama akhir pekan dalam waktu dua minggu.
Pengembang aplikasi mengatakan bahwa mereka menggunakan riset pasar untuk menentukan negara asal aplikasi. Sementara judul aplikasi membuatnya seolah-olah secara otomatis menghapus aplikasi yang dikembangkan di China.
Pengembang mengatakan bahwa akan mencantumkan aplikasi dan nama negara masing-masing, pilih aplikasi yang ingin Anda hapus dan aplikasi yang ingin Anda simpan, dan hapus instalasi aplikasi satu per satu dalam satu klik.
Daftar Play Store mengatakan bahwa aplikasi itu sedang dikembangkan hanya untuk tujuan pendidikan.
Sebagaimana dilansir Phonearena mengutip Android Authority, Rabu (3/6/2020), aplikasi anti-china itu memiliki satu juta pemasangan terdaftar hingga akhir hari Minggu dan jumlah itu melonjak menjadi lima juta kemarin.
Pengembang, OneTouch AppLabs, terletak di India di mana sentimen anti-China meningkat. Situs web pengembang menyatakan bahwa tujuan pembuatan aplikasi adalah untuk mendukung seruan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk "Atm Nirbhar Bharat" atau India yang mandiri.
Pengembang menyatakan bahwa Remove China App akan membantu orang untuk mendukung 'Atm Nirbhar Bharat' dengan mengidentifikasi negara asal aplikasi yang diinstal di ponsel mereka. Pengembang juga menyebut aplikasi aman untuk dipasang karena tidak meminta izin dari ponsel Anda.
Android Authority menguji Remove China Apps dan menemukan bahwa ia mengambil TikTok dan Xiaomi's Mi Remote pada ponsel Android, tetapi gagal menandai PUBG Mobile dari pengembang China Tencent Games. Ini juga tidak berfungsi dengan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya yang diinstal pada smartphone China.
Baca Juga: Belang Terbakar Matahari, Penampakan Tangan Warganet Ini Bikin Kaget
Berita Terkait
-
Aplikasi Anti-aplikasi China Mendadak Populer di India dan Australia
-
Tanya Lokasi Toko, Pria Ini Dijawab Google dengan Kalimat Alhamdulillah
-
Google Tunda Peluncuran Android 11
-
Dituding Sebagai Mata-mata China, Pengguna Diminta Uninstal VivaVideo
-
AR Google Bantu Ukur Jarak untuk Memudahkan Social Distancing
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Satu Dekade Shopee: Rayakan 10 Tahun Inovasi Digital, Hadirkan Fuji, dan Angkat Warisan Budaya
-
10 Aplikasi Lari Terbaik selain Strava, Fiturnya Tak Kalah Lengkap!
-
ITSEC Asia Tancap Gas: Ekspansi Global, Summit AI 2026, dan Misi Amankan Perempuan di Dunia Digital
-
YouTube Luncurkan Fitur Recap 2025, Tampilkan Kebiasaan Menonton Pengguna
-
Red Dead Redemption Resmi Hadir di Mobile, Netflix Games Jadi Penyokong
-
Diskon Akhir Tahun Steam Kapan Mulai? Ini Jadwal Winter Sale 2025 dan Prediksi Promo Game
-
Komdigi Kirim Bantuan Starlink ke Wilayah Bencana Aceh, Pemulihan BTS Terus Dipercepat
-
5 Rekomendasi Holder HP Anti-Air Terbaik untuk Ojol, Harga Murah dan Awet
-
Peta Jalan Nasional IPv6 Enhanced dan Net5.5G Resmi Diluncurkan, Ini Strategi Internet Masa Depan
-
Cara Buat Discord Checkpoint 2025, Mirip Spotify Wrapped Versi Komunitas Digital