Suara.com - Menurut World Wide Fund for Nature (WWF), rusaknya hubungan manusia dengan alam bisa menyebabkan pandemi di masa depan.
Dalam laporan baru berjudul Covid-19: Seruan Mendesak untuk Melindungi Manusia dan Alam, konservasi NGO berpendapat bahwa eksploitasi satwa liar dan sistem pangan yang tidak berkelanjutan di Bumi, berisiko memunculkan penyakit zoonosis baru yang disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia, dengan risiko lebih tinggi dari sebelumnya.
Sebagian besar wabah penyakit utama di dunia dalam beberapa dekade terakhir, termasuk Covid-19, SARS, MERS, Ebola, Zika, Nipah, HIV, flu babi, dan flu burung adalah penyakit zoonosis yang berasal dari hewan yang tidak hidup bersama manusia.
Hubungan manusia dengan lingkungan dan satwa liar saat ini sangat meningkatkan jumlah peluang menularnya patogen kepada manusia.
Laporan tersebut menyebut bahwa penyakit zoonosis baru muncul pada tingkat yang mengkhawatirkan, sebagian besar disebabkan oleh eksploitasi manusia terhadap lingkungan dan satwa liar.
Sebagian besar peningkatan risiko terkait dengan sistem pangan Bumi saat ini. Pertama, deforestasi dan konversi lahan skala besar untuk pertanian meningkatkan interaksi antara satwa liar, ternak, dan manusia.
Sebagai contoh, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada 2017 menemukan bahwa deforestasi yang luas di Afrika Barat dan Tengah, sangat meningkatkan kontak antara manusia dan spesies inang potensial Ebola, seperti kelelawar buah dan primata. Hal ini mengarah pada potensi yang lebih besar untuk penyebaran virus dari inang ke manusia.
Kedua, perdagangan pangan global dan standar keamanan pangan yang buruk menimbulkan adanya potensi paparan yang tinggi selama praktik perdagangan, penanganan, dan persiapan.
"Kita harus segera mengenali hubungan antara perusakan alam dan kesehatan manusia, atau kita akan segera melihat pandemi berikutnya. Kita harus bekerja dengan alam, bukan menentangnya," ucap Marco Lambertini, Direktur Jenderal WWF Internasional, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (23/6/2020).
Baca Juga: Susah Saat Pandemi Covid-19, Pilot Ini Banting Strir Jadi Kurir Makanan
Untuk mengatasi masalah ini, laporan WWF mendesak pemerintah untuk berkomitmen pada "Kesepakatan Baru untuk Alam dan Manusia" demi memulihkan alam pada 2030 untuk kepentingan semua orang di Bumi.
Hal itu akan melibatkan banyak perubahan, seperti menghentikan konversi lahan dan deforestasi untuk pertanian, serta perlindungan yang lebih besar terhadap penghentian perdagangan satwa liar yang ilegal dan tidak diatur.
Laporan ini juga menyerukan paket stimulus dan investasi publik untuk membantu mengurangi kemiskinan dan membantu transisi masyarakat lokal sambil melindungi mata pencaharian, hak, dan budaya mereka.
Sebagian besar dari perubahan tersebut akan bergantung pada perubahan global sistemik yang mendasar karena hubungan yang sangat saling terkait antara masalah lingkungan, krisis kesehatan, budaya, dan ekonomi global.
WWF menyebut respons lintas sektor diperlukan dalam perubahan ini, seperti mempromosikan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan efisien, mendorong pola makan yang lebih sehat, hingga mengurangi kelebihan produksi dan konsumsi.
Berita Terkait
-
Sempat Dituduh Membodohkan, Kini Mr Bean Digaet WHO Tangani Pandemi Corona
-
Indonesia Penghasil Sampah Terbesar Kedua, WWF Indonesia: Jangan Bangga
-
Cuma 10 Persen yang Terawat, WWF Ajak Masyarakat Awasi Laut
-
WWF Indonesia Kembangkan Green Ekonomi di Kalimantan Barat
-
Cegah Perdagangan Satwa Liar, Polda Aceh Gandeng WWF
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Klarifikasi Komdigi soal Viral Wacana Balik Nama Jual Beli HP Mirip Motor: Sifatnya Sukarela
-
RRQ dan Evos Wakili Indonesia di Turnamen Dunia FFWS Global Finals 2025 Free Fire
-
Pakai Chip Anyar Qualcomm, Hands-On Realme GT 8 Pro Beredar
-
Advan Workplus Air Resmi, Laptop Tipis dengan AMD Ryzen 5 Harga Rp 8 Jutaan
-
10 HP Android Terkencang Versi AnTuTu September 2025: Xiaomi 17 Pro Max Nomor Satu
-
Cek HP atau Tablet Xiaomi Kamu Mana yang Siap Terima Pembaruan HyperOS 3
-
Fakta-Fakta Hujan Meteor Draconid yang Salah Satunya Jatuh di Cirebon
-
5 Rekomendasi Smartwatch Murah dengan SIM Card di Bawah Rp 1 Juta
-
Saingi Xiaomi 17, Chip Q3 pada iQOO 15 Diklaim Tawarkan Ray Tracing Skala Penuh
-
10 Game Anime Terbaik di PC yang Wajib Dicoba, Ada One Piece Odyssey