Suara.com - Pada Juli 2020, konservasionis dikejutkan dengan adanya ratusan gajah yang mengalami kematian secara misterius. Kini ilmuwan memiliki dugaan awal dan kesimpulan sementara mengenai misteri kematian massal di Afrika bagian selatan itu.
Dr McCann, dari National Park Rescue menjelaskan bahwa rekannya di negara Afrika bagian selatan telah melihat lebih dari 350 bangkai gajah di Okavango Delta, Botswana sejak awal Mei 2020.
Okavango Delta merupakan sebuah padang rumput seluas 2 juta hektar di mana memiliki kawasan sumber air dan rawa-rawa yang sangat besar.
Setelah didata pada Juli 2020, tiga laboratorium di Kanada, Afrika Selatan dan Zimbabwe sedang memproses sampel yang diambil dari gajah mati.
Sebagai informasi, negara Afrika bagian selatan tersebut memiliki populasi gajah terbesar di dunia.
Gajah Afrika yang berada di sana diperkirakan sebanyak 130 ribu ekor.
Ratusan gajah yang mengalami kematian misterius tentunya mengkhawatirkan para konservasionis.
Dugaan awal mengarah sesuatu selain perburuan mengingat gading mereka belum terlepas dan kondisi kematian tidak berkumpul menjadi satu (mereka ditemukan terpisah).
"Hanya gajah yang sekarat dan tidak ada yang lain. Jika itu adalah sianida yang digunakan oleh para pemburu, Anda akan melihat kematian lainnya. Ya, ini bencana konservasi," kata Dr McCann dikutip dari BBC.
Baca Juga: Gajah Ngamuk dan Merusak Mobil, Ternyata Ini Penyebabnya
Berdasarkan tes laboratorium terbaru, seorang pejabat senior pengelola lembaga satwa liar menjelaskan bahwa dugaan awal mereka mengarah pada sebuah "racun alami".
Pimpinan Wildlife and Parks Department, Cyril Taolo, menjelaskan bahwa tes pendahuluan yang dilakukan di berbagai negara sejauh ini belum sepenuhnya meyakinkan dan masih banyak lagi yang sedang dilakukan.
"Tetapi berdasarkan beberapa hasil awal yang kami terima, kami melihat racun yang muncul secara alami sebagai penyebab potensial. Sampai saat ini kami belum membuat kesimpulan utama tentang apa yang menjadi penyebab kematian hewan itu," kata Cyril Taolo dikutip dari Science Alert.
Ia menjelaskan, beberapa bakteri secara alami dapat menghasilkan racun yang berbahaya bagi hewan, terutama di air yang tergenang.
Kematian itu pertama kali ditandai oleh lembaga nirlaba konservasi satwa liar, Elephants Without Borders (EWB), yang laporan rahasianya merujuk pada 356 gajah mati pada awal Juli 2020.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Pongo 765: Laptop Gaming dengan RTX 5060, Gahar tapi Harga Rp 18 Jutaan
-
Setelah 30 Tahun, Game Arcade Tokyo Wars Meluncur di Konsol Modern
-
Infinix Smart TV X5L 43" Hadir ke RI, TV Murah Harga Rp 2 Jutaan
-
Sharp Aquos Sense 10 Debut: Tawarkan Layar IGZO OLED 240 Hz dan Bodi Compact
-
Motorola Edge 70 Rilis: Tawarkan Bodi Super Tipis, Lebih Murah dari iPhone Air
-
Samsung Wallet Resmi ke Indonesia, Dompet Digital Bisa Simpan Tiket hingga Kunci Mobil
-
Astronot Cina Sukses Gelar Barbeque Pertama dalam Sejarah di Luar Angkasa
-
Render Honor 500 Beredar: Mirip iPhone Air dan Pixel, Usung Baterai Jumbo
-
23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp2 Jutaan: Baterai Awet, Anti Air Cocok Buat Ojol