Suara.com - Spyware Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group, dituding telah mengintai beberapa tokoh di seluruh dunia seperti aktivis, jurnalis, hingga pebisnis.
Spyware ini bekerja lewat software yang ada di dalam ponsel korban.
Mengutip CNet, Rabu (21/7/2021), Pegasus adalah software mata-mata digital yang mengincar beberapa informasi pribadi seperti foto, pesan, hingga email yang tersimpan di dalam ponsel.
Spyware ini diklaim dapat melewati enkripsi untuk melindungi data yang dikirim melalui internet.
Namun, apa itu spyware Pegasus dan bagaimana cara kerjanya untuk menginfeksi ponsel dalam melakukan pengintaian? Berikut rangkumannya.
Apa itu NSO Group?
NSO Group merupakan sebuah perusahaan berbasis Israel yang melisensikan software pengawasan ke lembaga pemerintah.
Salah satu produknya, Pegasus, diklaim menyediakan layanan yang berharga karena bisa menyadap para ponsel penjahat dan teroris.
NSO Group didirikan pada 2010 oleh Chief Executive Shalev Hulio.
Baca Juga: Perusahaan Es Krim AS Ini Hentikan Penjualan di Wilayah Pendudukan Israel
Perusahaan juga menawarkan alat lain seperti pencari lokasi telepon, penangkal drone, dan penggali data hukum untuk menemukan pola.
NSO Group sendiri terlibat dalam beberapa tuntutan hukum terkait peretasan seperti yang terjadi pada Jeff Bezos pada 2018 lalu.
Kemudian perusahaan juga terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi karena meretas ponsel miliknya.
Apa itu Pegasus dan bagaimana cara kerjanya?
Pegasus adalah salah satu produk andalan NSO Group.
Software mata-mata ini bisa dipasang dari jarak jauh tanpa harus membuka dokumen atau tautan dari website.
Pegasus dapat mengungkap semua data pribadi yang diincar dari korbannya, mulai dari SMS, foto, email, video, kontak, hingga merekam panggilan telepon.
Software juga dapat diam-diam menyalakan mikrofon dan kamera ponsel untuk membuat rekaman.
Pegasus sebenarnya tidak digunakan untuk mengejar aktivis, jurnalis hingga politikus.
NSO Group dalam situs webnya mengatakan produknya hanya dipakai oleh badan intelijen dan penegak hukum pemerintah untuk mencegah dan menyelidiki teror dan kejahatan.
"Proses pemeriksaan kami melampaui persyaratan hukum dan peraturan untuk memastikan penggunaan teknologi kami secara sah seperti yang dirancang," kata NSO Group.
Kenapa Pegasus Ramai Dibicarakan?
Kisah bermula dari organisasi nirlaba jurnalisme Paris, Forbidden Stories dan kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, menemukan lebih dari 50.000 nomor telepon yang disadap Pegasus.
Forbidden Stories juga mengkonfirmasi identitas korban yang disadap Pegasus.
Data menunjukkan ada 67 ponsel dengan 37 di antaranya muncul tanda percobaan instal Pegasus. Dari 37 ponsel itu, 34 ponsel merupakan iPhone Apple.
Pegasus disebut muncul dalam beberapa ponsel jurnalis dari CNN, Associated Press, New York Times dan Wall Street Journal.
Kemudian orang dekat dari Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrado juga muncul dalam incaran Pegasus. Selanjutnya ada Claude Mangin, istri aktivis politik dari Prancis turut terinfeksi.
Media Guardian melaporkan dua wartawan di rubrik investigasi di media Hungaria Direkt36 juga ponselnya terinfeksi Pegasus.
Sedangkan Washington Post melaporkan ada tujuh orang di India yang terinfeksi, termasuk lima jurnalis dan satu oposisi pemerintah.
NSO sendiri mengakui produknya dapat disalahgunakan. Namun, mereka membantah laporan Forbidden Stories yang menyebut adanya 50.000 nomor telepon terinfeksi Pegasus.
Bagaimana cara mengetahui ponsel yang terinfeksi Pegasus?
Amnesty International merilis utilitas open-source yang disebut MVT atau Mobile Verification Toolkit. Ini dirancang untuk mendeteksi jejak Pegasus.
Software ini berjalan di komputer pribadi dan menganalisis data, termasuk file cadangan yang diekspor dari iPhone atau ponsel Android.
Berita Terkait
-
Istri Mantan Presiden Anwar Sadat Meninggal Dunia, Pejabat Israel Berbelasungkawa
-
Tiga Alasan Mengapa China Lebih Cocok Jadi Juru Damai Israel-Palestina
-
Nyamar Jadi Warga Biasa, Presiden Israel Rela Pakai Rambut dan Jenggot Palsu
-
Iran Dituding Serang Kapal Kontainer Israel hingga Terbakar di Samudra Hindia
-
Israel dan Korea Selatan Sepakat Bertukar Vaksin Covid-19
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Netizen Bandingkan Runtuhnya Al Khoziny dan Sampoong: Antara Dibela vs Dipenjara
-
Viral Gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny': Tuai Pro dan Kontra
-
Spesifikasi Poco M7 yang Masuk Indonesia 10 Oktober, Punya Baterai 7.000 mAh
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terupdate 6 Oktober: Raih Pemain 112-113 dan Hujan Gems
-
DJI Mini 5 Pro, Kamera Osmo Nano, dan Mic 3 Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya
-
54 Kode Redeem FF Terbaru 6 Oktober: Klaim Katana Dual Flame dan Grizzly Bundle
-
5 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Stabilizer Mulai Rp 1 Jutaan
-
Helldivers 2 Makan Banyak Ruang di PC Dibanding Konsol, Ini Penyebabnya
-
Luas Es Laut Antartika Catat Titik Terendah Ketiga dalam 47 Tahun
-
Heboh Jatuh di Cirebon! Ini Jadwal Hujan Meteor 2025 di Indonesia Tak Boleh Dilewatkan