Tiga di antaranya adalah kompleks gen TLR, yang dapat mengenali Yersinia pestis (penyebab pes) dan memainkan peran dalam pertahanan terhadap patogen.
Black death terjadi pada pertengahan abad ke-14. Bakteri Yersinia pestis yang menjadi penyebab pes disebarkan oleh kutu (Xenopsylla cheopsis) pada tikus yang terbawa dalam kapal budak, berawal di Crimea, dan berkeliling wilayah Mediterania.
Kita adalah penyintas
Manusia berjalan di muka bumi ini paling tidak sudah selama 300.000 ribu tahun, perjalanan yang tidak sebentar. Manusia meninggalkan Afrika sekitar 60.000 - 50.000 tahun yang lalu, melewati berbagai kondisi geografis dan iklim.
Sejak itu, manusia telah (dan terus) mengalami adaptasi biologis yang sangat intens terhadap lingkungannya. Para peneliti sudah mampu menguraikan bukti proses seleksi alam dalam DNA manusia.
Hanya orang-orang yang memiliki DNA penyintas, yang mampu bertahan dalam lingkungan tempatnya berada. Merekalah yang hidup, bereproduksi, dan meneruskan DNA-nya kepada keturunannya. Yang lain akan mati atau tersingkir dan berpindah.
Selain kondisi geografis, endemisitas penyakit dan pandemi pada masa lampau menjadi salah satu faktor penentu arah evolusi manusia.
Selain pandemi yang disebabkan oleh virus dan bakteri di atas, tekanan endemisitas penyakit malaria di Afrika membentuk genom populasi manusia di Afrika sub-Sahara hingga saat ini.
Parasit plasmodium, penyebab malaria yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles, telah hidup berdampingan dengan manusia selama kurang lebih 100.000 tahun. Meningkatnya kematian akibat malaria sekitar 10.000 tahun terakhir akibat penyebaran budaya bercocok-tanam akhirnya memicu evolusi dan seleksi alam yang kentara pada populasi manusia.
Baca Juga: Kemenkes Israel: Kemanjuran Vaksin Pfizer Anjlok Jadi 39 Persen Hadapi Varian Delta
Saat ini, menurut laporan WHO, 94 persen dari keseluruhan total kasus akibat malaria pada 2019 di dunia ini terjadi di Afrika, yakni sebanyak 215 juta kasus.
Namun, populasi-populasi di Afrika, terutama di sub-Sahara, juga memiliki frekuensi kelainan sel darah merah yang tinggi, seperti Sickle-cell Trait (kelainan sel darah merah berbentuk sabit), Talasemia, dan hemoglobinopati (kelainan sel darah merah terkait produksi hemoglobin) lainnya.
Ini yang melahirkan hipotesis malaria dari JBS Haldane, salah satu pelopor genetika populasi modern pada 1949. Ia mengungkapkan bahwa tingginya frekuensi kelainan sel darah merah Sickle Cell merupakan respons seleksi alam terhadap tekanan malaria.
Beberapa tahun setelahnya, AC Allison mengkonfirmasi hipotesis tersebut dan menyatakan bahwa individu dengan Sickle Cell resistan terhadap malaria. Penyebabnya, satu mutasi nukleotida pada gen HBB mengubah struktur sel darah merah. Perubahan ini dapat menghambat pelekatan Plasmodium falciparum ke sel darah dan mencegah infeksi.
Kerja seleksi alam
Jika sepasang manusia memiliki empat anak, maka jumlah populasi akan meningkat dua kali lipat dalam waktu 25-30 tahun. Jumlah mereka akan terus meningkat secara eksponensial.
Berita Terkait
-
Katanya Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen, Kok BI Pakai Skema saat Covid-19 demi Biayai Program Pemerintah?
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
Alasan Covid Dimentahkan, Pengacara Roy Suryo Sebut Jawaban Kejagung soal Eksekusi Silfester Absurd
-
'Gangguan Jiwa' COVID-19: Riset Ungkap Tekanan Mental Akibat Kesepian saat Pandemi
-
Tersangka Korupsi Masker Covid-19, Eks Wabup Sumbawa Bakal Ditahan Polisi Hari Ini?
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
-
Pidato Perpisahan Sri Mulyani: Hormati Ruang Privacy Kami!
-
Misteri Kursi Panas Pengganti Dito Ariotedjo: Beneran Bakal Diisi Raffi Ahmad?
-
Jelang Sertijab Menkeu, IHSG Langsung 'Tumbang' 77 Poin
Terkini
-
Cara Efektif Menghapus File Sampah di HP Android agar Lebih Lancar
-
Pertama di dunia, Google AI Plus Kini Tersedia di Indonesia, Mulai Rp 75.000
-
10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 9 September 2025, Hadiah 100.000 Koin dan 300 Gems
-
Daftar Harga HP Realme Terbaru September 2025, Ini 5 Rekomendasi Terbaiknya
-
Link Live Streaming Peluncuran iPhone 17, Lengkap dengan Bocoran Fiturnya
-
33 Kode Redeem FF Terbaru 9 September 2025, Bundle Harimau dan Bunny Siap Klaim
-
Cek Harga 15 HP Xiaomi September 2025 dari Entry-Level hingga Flagship, Mana Favoritmu?
-
Segini Harga iPhone 17 Pro Max yang Hari Ini Rilis, Kapan Dijual di Indonesia?
-
Sensor Sony 200 MP Bakal Hadir di HP Flagship, Pakai Teknologi HDR Anyar
-
Kenapa Anak Menkeu Baru Purbaya Yudhi Sadewa Mendadak Viral?