Suara.com - Jatna Supriatna, pakar biologi konservasi Universitas Indonesia mempertanyakan dasar IUCN menetapkan komodo sebagai spesies yang terancam punah. Berikut ulasannya:
Akhir Agustus silam, serikat internasional untuk konservasi alam (International Union for Conservation of Nature (IUCN)) mengumumkan sebanyak 14.647 spesies flora dan fauna yang berstatus Terancam (Endangered). Salah satu di antaranya adalah komodo (Varanus komodoensis), spesies yang terkenal hanya hidup di Indonesia.
Status Terancam diberikan kepada spesies yang berisiko amat tinggi untuk punah dalam waktu dekat. Adapun sebelum pengumuman itu, sejak 1996, komodo masih berstatus Rentan (Vulnerable), atau satu tingkat sebelum Terancam.
Dari informasi yang beredar, perubahan status itu disebabkan oleh adanya ancaman keberlangsungan populasi komodo akibat risiko kenaikan muka air laut pada 45 tahun mendatang. Fenomena yang dapat disebabkan oleh perubahan iklim tersebut diperkirakan akan mengurangi lebih dari 30 persen habitat kadal purba itu di Taman Nasional Komodo.
Pengumuman ini cukup mengagetkan. Pasalnya, saya maupun akademisi lainnya di bidang konservasi–yang juga anggota IUCN–dari Indonesia belum pernah diajak berdiskusi seputar perpindahan status komodo. Biasanya, diskusi itu selalu masuk dalam proses penetapan status suatu spesies yang terkait di suatu negara.
Penentuan status harus didahului bukti yang kuat
Berdasarkan pengalaman saya terlibat dalam berbagai proses asesmen, penetapan status Terancam dilakukan dengan kriteria yang sangat ketat. Beberapa di antaranya: apakah ada perubahan genetik? Apakah ada perburuan atau perambahan habitat? Apakah habitatnya semakin mengecil?
Itu semua dibahas oleh para pakar dari seluruh dunia. Kriteria yang digunakan juga wajib dilandasi bukti-bukti valid yang sudah diverifikasi di lapangan.
Namun, dalam penetapan status komodo, kondisi terancam justru seakan dilandasi oleh suatu yang sifatnya asumsi, yakni risiko kenaikan muka air laut yang dapat terjadi akibat pemanasan global.
Baca Juga: Lembaga Konservasi Dunia: Komodo Terancam Punah!
Saya mengakui, risiko ini memang ada dan telah dibahas dalam studi oleh sejumlah akademisi yang dipublikasi pada Juli tahun lalu. Studi ini menggunakan permodelan dan analisis spasial terkait kenaikan suhu global tertentu yang dapat menaikkan muka air laut di sekitar habitat komodo.
Studi tersebut memprediksi luas habitat komodo dapat berkurang sekitar 8-87% pada 2050. Penurunan ketersediaan habitat dapat mengurangi kelimpahan mereka dalam rentang 27-99%.
Meski sudah ada prediksi, saya menganggap risiko tersebut belum tentu terjadi. Bagaimana jika nantinya efek pemanasan global dapat diredam secara efektif dan drastis? Sekalipun pemanasan global terjadi, apakah kenaikan muka air laut benar-benar menghilangkan habitat komodo?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut. Bukankah komodo lebih banyak beraktivitas di perbukitan?
Spesies ini juga merupakan perenang ulung, bahkan dapat menyeberangi pulau. Komodo pun mampu menyelam hingga sedalam 4,5 meter.
Selain faktor-faktor di atas, tren lima tahun terakhir juga menunjukkan populasi komodo tak berkurang, justru bertambah. Saat ini, jumlahnya sekitar 3.458 individu, sebanyak 1.383 individu di antaranya merupakan komodo dewasa.
Berita Terkait
-
Di Balik Pesona Komodo: Sentuhan Harapan untuk Pendidikan Anak dari Sebuah Alat Tulis
-
5 Pantai Tercantik di Indonesia selain Pink Beach Taman Nasional Komodo, Tak Kalah Memukau
-
Vila Mewah vs Komodo: Ketika Pembangunan Mengancam Warisan Alam Terakhir
-
Geger Rencana 600 Vila di Pulau Padar, Menhut Raja Juli: Bangunan Beton Tidak Boleh!
-
Investasi Atau Degradasi? UNESCO Pertanyakan Komitmen Indonesia untuk Pulau Padar
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Render Honor 500 Beredar: Mirip iPhone Air dan Pixel, Usung Baterai Jumbo
-
23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp2 Jutaan: Baterai Awet, Anti Air Cocok Buat Ojol
-
23 Kode Redeem FF Terbaru 6 November 2025: Dapatkan M1887 Incubator & Cobra Rage Sekarang!
-
Rilis 2026, Marvel Janjikan Game Wolverine Bakal Spektakuler
-
Wacana Sertifikasi Influencer, Begini Kata YouTube
-
Jadwal Rilis dan Spesifikasi PC Call of Duty: Black Ops 7 Resmi Diumumkan
-
Pesaing iPhone Air, Huawei Mate 70 Air Diluncurkan, Baterai 6.500 mAh dan Layar 7 Inci
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 HP Kamera Terbaik Rp3 Jutaan, Cocok untuk Modal Awal Jadi Kreator Konten