Suara.com - Teknologi pengurutan DNA baru, memberi kita pandangan sekilas tentang seperti apa rupa manusia purba, sebelum mereka menjadi mumi.
Peneliti genetika telah mengungkapkan rendering tiga dimensi yang sangat rinci dari wajah tiga lelaki Mesir yang hidup lebih dari 2.000 tahun lalu.
Penelitian ini menggunakan DNA yang diambil dari sisa-sisa mumi mereka.
Rekonstruksi digital menunjukkan lelaki berusia 25 tahun, yang ditemukan di sekitar kota Mesir kuno Abusir el-Meleq, di selatan Kairo.
Para ilmuwan memperkirakan mereka masing-masing dikubur sekitar tahun 1380 SM dan 425 M, sebagaimana melansir dari New York Post mengutip Live Science, Selasa (28/9/2021).
DNA mereka sebelumnya diurutkan pada 2017 di institut Max Planck di Jerman, pada saat itu, rekonstruksi genom mumi Mesir pertama yang berhasil dalam sejarah.
Sejak itu, para peneliti di Parabon NanoLabs di Reston, Virginia telah menggunakan fenotip DNA forensik untuk membuat model 3D wajah lelaki.
Hal ini merupakan sebuah proses di mana data genetik digunakan untuk memprediksi fitur wajah dan karakteristik fisik lainnya dari mumi sampel.
"Ini adalah pertama kalinya fenotip DNA komprehensif dilakukan pada DNA manusia seusia ini," kata Parabon dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Hii... Ilmuwan Temukan Mumi Bekas Budak di Pompeii
Laboratorium menggunakan kombinasi upaya untuk merekonstruksi wajah.
Beberapa fitur, termasuk warna kulit dan mata, dapat diprediksi melalui penanda genetik dalam genom individu, sementara yang lain diukur melalui apa yang tersisa dari sisa fisik mereka.
Metode Parabon mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki kulit coklat muda dengan mata dan rambut gelap, dan bahwa lelaki secara genetik lebih mirip dengan populasi Mediterania modern daripada Mesir saat ini.
Proses mereka harus memperhitungkan fakta bahwa DNA manusia terdegradasi dari waktu ke waktu dan kemungkinan besar terkontaminasi oleh DNA bakteri.
Dalam hal ini, para peneliti menggunakan kesamaan genetik antara populasi manusia untuk mengisi kekosongan genom mumi mereka.
Para peneliti melihat bahwa proses ini pada akhirnya dapat digunakan dalam forensik kontemporer, untuk mengidentifikasi sisa-sisa individu yang tidak dikenal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
50 Kode Redeem FF 22 Desember 2025: Borong Mystery Shop dan Klaim Bundle Gratis
-
5 Pilihan HP dengan Chipset Snapdragon 820, Performa Ngebut Harga di Bawah Rp3 juta
-
22 Kode Redeem FC Mobile 22 Desember 2025: Sikat Gareth Bale dan Ribuan Gems Spesial
-
Operator Seluler Tak Boleh Simpan Data Biometrik Penduduk untuk Registrasi SIM Card
-
Registrasi SIM via Face Recognition, Pemerintah Diminta Ingat Lagi Kasus Kebocoran Data Dukcapil
-
Langkah Mudah Menyambungkan Laptop ke Internet Lewat Ponsel, Simak Caranya
-
5 Rekomendasi HP Murah dengan NFC: Kirim File dan Pakai E-Wallet Makin Praktis
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
40 Kode Redeem FC Mobile Siang Ini, Klaim Pemain Legendaris Jaap Stam
-
60 Kode Redeem FF Gratis untuk Dapatkan Skin Senjata M1887 SG Ungu Hari Ini