Suara.com - Menurut Justito Adiprasetio dan Annissa Winda Larasati dari Universitas Padjadjaran film-film horor Indonesia sering menampilkan perempuan sebagai hantu, monster sekaligus korban. Akibat kentalnya budaya patriarki dan misogini. Berikut studi keduanya:
Film horor KKN di Desa Penari baru-baru ini menarik perhatian masyarakat, terutama kalangan muda, dengan menjadi film dengan penonton bioskop terbanyak sepanjang masa di Indonesia. Jumlah penontonnya menembus 8,6 juta orang.
Seperti sebagian besar film horor di Indonesia, sosok hantu di film ini identik dengan perempuan, yaitu sosok Badarawuhi dan Mbah Dok.
Sebelumnya, ada film Pengabdi Setan (2017) yang sempat laris di tanah air dan menjadi contoh kesuksesan horor kontemporer Indonesia karena berhasil meraih 4 juta penonton di bioskop. Film ini juga menempatkan perempuan sebagai hantu.
Sejak film Lisa (1971) mewarnai layar sinema Indonesia, film-film horor Indonesia mengalami dinamika dari segi narasi dan sinematografi (teknik perfilman).
Film horor kontemporer Indonesia pasca reformasi, seperti Kuntilanak (2006), Suster Ngesot the Movie (2007) dan Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018), secara dominan menampilkan hantu perempuan sebagai antagonis.
Narasi hantu pada film horor yang diproduksi tahun 1970-an identik dengan narasi horor legenda yang berasal dari folklore (cerita rakyat atau budaya). Sementara, sejak tahun 2000-an, narasinya lebih identik dengan urban legend (legenda urban atau kontemporer).
Namun, terlepas dari aspek narasi dan sinematografinya, film-film horor Indonesia masih tetap memiliki nafas yang sama: cenderung menempatkan perempuan secara dominan sebagai hantu.
Kita melihat bahwa perempuan menjadi unsur dominan dalam ketakutan yang dihadirkan oleh film-film horor tersebut. Citra perempuan dalam film horor kerap kali ditempatkan sebagai sosok yang negatif.
Baca Juga: 8 Fakta Film Ivanna, Selain Indonesia Bakal Tayang di 3 Negara Ini
Ini menunjukkan bahwa hingga kini, masih ada ketimpangan representasi hantu perempuan dan laki-laki dalam sejarah film horor Indonesia yang disebabkan oleh kentalnya budaya patriarki dan misogini.
Konstruksi sosok perempuan sebagai korban sekaligus monster
Hasil studi kami terhadap 559 film horor Indonesia yang terbit selama periode 1970-2019 menunjukkan bahwa perempuan sangat dominan direpresentasikan sebagai hantu dan karakter utama.
Sebanyak 338 (atau 60,47%) dari total film tersebut menghadirkan sosok perempuan sebagai hantu utama. Hanya 135 film (atau 24,15%) yang menghadirkan sosok laki-laki sebagai hantu utama. Sementara, 86 film (atau 15,38%) menghadirkan sosok perempuan dan laki-laki sebagai hantu utama.
Sementara itu, peran utama laki-laki sering berwujud tokoh pemuka agama, seperti ustaz atau pastor yang bertugas untuk ‘mengusir’ atau ‘menyembuhkan’ tokoh protagonis perempuan yang menjelma menjadi hantu untuk kembali ke alamnya.
Para audiens digiring ke arah narasi bahwa arwah gentayangan, roh, hantu, siluman, dan semua representasi karakter utama perempuan harus patuh dan taat pada kekuatan agama dari sang ustaz atau pastor yang kebanyakan laki-laki.
Berita Terkait
-
Penjelasan Ending Film Abadi Nan Jaya atau The Elixir, Apakah Ada Sekuel?
-
Review Film Tumbal Darah: Teror Persalinan yang Menggugat Batas Kemanusiaan
-
Film Horor Ternyata Bisa Jadi Terapi untuk Mengatasi Kecemasan
-
Bukan Cuma Hantu, Film Shutter Angkat Isu Pelecehan Seksual di Kampus
-
Dibintangi Lola Tung, Film The Young People Masuk Proses Produksi
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Pemerintah Diminta Siap Hadapi AI, dari SDM hingga Perkuat Keamanan Siber
-
Garmin Instinct Crossover AMOLED: Perpaduan Ketangguhan dan Keanggunan dalam Satu Smartwatch Hybrid
-
Redmi Turbo 5 Bakal Lebih Tangguh dengan Baterai Jumbo
-
Microsoft Dikecam Akibat Fitur Gaming Copilot yang Langgar Privasi
-
Komdigi Target 38 Kabupaten/Kota Punya Kecepatan Internet 1 Gbps di 2029, Ini Caranya
-
3 Cara Menghubungkan iPhone ke PC, Mudah dan Cepat untuk Transfer Data
-
BRIN Gelar INARI EXPO 2025: Dorong Kolaborasi dan Riset untuk Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
-
28 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 Oktober: Klaim 60.000 Token dan 9.500 Gems di Hari Sumpah Pemuda
-
Spesifikasi Moto G06 Power: HP Murah Sejutaan dengan Baterai Jumbo 7.000 mAh
-
HP Murah Honor X6b Plus Debut: Harga Sejutaan, Usung Helio G85 dan Memori 256 GB