Suara.com - Pernahkah Anda bertanya-tanya tentang apakah bulan masih aktif secara geologis? atau sudah menjadi benda mati di luar angkasa?
Dilansir dari Live Science, bulan mungkin masih aktif secara geologis. Hal ini bisa dilihat dari salah satu sisi terjauh bulan yang berkerut saat bulan menyusut.
Setidaknya, itulah yang dikatakan ilmuwan planet yang telah menemukan 266 "punggungan kerutan" bulan.
Menurut mereka, semua kerutan yang ada di bulan ini tampaknya terbentuk selama 160 juta tahun terakhir di dataran vulkanik langka di sisi terjauh bulan.
"Mengetahui bahwa bulan masih dinamis secara geologis memiliki implikasi yang sangat nyata bagi tempat kita akan menempatkan astronot, peralatan, dan infrastruktur kita di bulan," kata Jaclyn Clark dari Universitas Maryland, dalam sebuah pernyataan.
Tentang punggungan kerutan di bulan yang menandakannya masih aktif
Punggungan kerutan adalah fenomena yang dipelajari dengan baik di sisi dekat bulan alias permukaan bulan yang dapat kita lihat tergantung di langit.
Orang bumi biasa menyebut ini sebagai "Manusia di Bulan" karena berbentuk sebuah pola yang diciptakan oleh bercak-bercak gelap besar yang disebut maria bulan.
Maria adalah dataran lava yang luas dan padat yang terbentuk antara 3,2 miliar dan 3,6 miliar tahun yang lalu dari aktivitas vulkanik.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan 'Super-Earth' Enam Kali Lebih Besar dari Bumi, Berpotensi Dukung Kehidupan
Saat interior bulan mendingin, aktivitas vulkanik itu mengering, dan bulan mulai menyusut.
Hal ini menyebabkan basal mare bulan (batuan vulkanik gelap) berkerut seperti kulit apel tua yang mengerut.
Punggungan kerutan sisi dekatnya sangat besar, membentang puluhan hingga ratusan mil panjangnya dan berdiri ratusan meter tingginya, sebuah bukti tekanan geologis raksasa yang membentuknya.
Saat 31% permukaan sisi dekat ditutupi maria, dataran lava hanya ditemukan pada 1% sisi jauh.
Ahli geologi planet tidak yakin mengapa ini terjadi. Satu teori adalah bahwa sebuah planet kerdil dengan lebar lebih dari 435 mil (700 kilometer) dan sarat dengan isotop radioaktif menghantam sisi dekat sejak lama.
Aktivitas ini mengeluarkan sejumlah besar puing yang akhirnya mengendap di sisi jauh bulan, menebalkan kerak di sana dan membuatnya lebih sulit bagi vulkanisme untuk menerobos ke permukaan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
Terkini
-
Solusi Cerdas Ini Diklaim Mampu Genjot Penjualan Hingga 50 Persen
-
27 Kode Redeem FF 21 November 2025, Flower of Love dan Skin FFWS Gratis
-
Telkomsel MAXStream Studios Gebrak JAFF 2025, Hadirkan Program Secinta Itu Sama Indonesia
-
23 Kode Redeem FC Mobile 21 November 2025, Panduan Event Glorious Eras & UEFA PrimeTime
-
6 Smartwatch dengan GPS Paling Murah untuk Pencinta Aktivitas Outdoor
-
5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
-
POCO M8 5G Lolos Sertifikasi di Indonesia, HP Murah Anyar dengan Baterai Jumbo
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 November: Raih Glorious 107-115 dan Ribuan Gems
-
5 Rekomendasi Tablet Gaming Terbaik 2025, Performa Selevel Konsol
-
Honor Watch X5 Rilis sebagai Pesaing Redmi Watch: Harga Terjangkau dengan GPS