Suara.com - Meraknya penggunaan kripto di era digital seiring pencurian lewat serangan siber.
Beberapa bulan yang lalu menjadi hari yang suram bagi pasar kripto karena mengalami pencurian terbesar dalam sejarahnya.
Para penyerang membawa kabur sekitar 1,5 miliar Dolar AS atau setara dengan Rp 24,78540 triliun dari Bybit, bursa kripto terbesar kedua di dunia.
Para ahli menyebutnya sebagai pencurian terbesar dari apa pun sepanjang masa.
Insiden tersebut menggarisbawahi kelemahan mendasar dalam ekosistem kripto modern, dan menyajikan beberapa pelajaran berharga bagi pengguna reguler.
FBI secara resmi telah menetapkan kelompok Korea Utara dengan nama sandi TraderTraitor sebagai pelaku.
Dalam lingkaran keamanan informasi, kelompok ini juga dikenal sebagai Lazarus, APT38, atau BlueNoroff.
Gaya khasnya adalah serangan yang terus-menerus, canggih, dan berkelanjutan di bidang aset kripto, yakni dengan meretas pengembang dompet, merampok bursa kripto, mencuri dari pengguna reguler, dan bahkan membuat permainan palsu.
Sebelum serangan Bybit, catatan kelompok tersebut adalah pencurian 540 juta Dolar AS atau senilai Rp8,92 triliun dari blockchain Ronin Networks, yang dibuat untuk gim Axie Infinity.
Baca Juga: Pasca FOMC, Bitcoin Bertahan di Atas 80.000 Dolar AS
Dalam serangan tahun 2022 itu, peretas menginfeksi komputer salah satu pengembang gim tersebut menggunakan tawaran pekerjaan palsu dalam berkas PDF yang terinfeksi.
Teknik rekayasa sosial ini masih menjadi senjata kelompok tersebut hingga hari ini.
Pada bulan Mei 2024, kelompok tersebut berhasil merampas lebih dari 300 juta Dolar AS atau kisaran Rp4,95 triliun dari bursa kripto Jepang DMM Bitcoin, yang kemudian bangkrut sebagai akibatnya.
Sebelumnya, pada tahun 2020, lebih dari 275 juta Dolar AS atau senilai Rp4,54 triliun telah dicuri dari bursa kripto KuCoin, dengan "kunci pribadi yang bocor" untuk hot wallet yang disebut sebagai alasannya.
Lazarus telah mengasah taktik pencurian aset kripto selama lebih dari satu dekade.
Pada tahun 2018, Kaspersky menulis tentang serangkaian serangan terhadap bank dan bursa kripto menggunakan aplikasi perdagangan aset kripto yang terinfeksi Trojan sebagai bagian dari Operasi
AppleJeus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Itel A100C Diumumkan, Punya Desain Mirip OnePlus 15, Baterai Standby 32 Hari
-
Pakar Ungkap Fakta Meteor Jatuh di Cirebon
-
19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Oktober 2025, Banjir Hadiah Pemain OVR 104 dan 108
-
Fakta-fakta Penangkapan 'Bjorka', Polisi Kena Ejek 'Sosok Asli'?
-
Netizen Bandingkan Runtuhnya Al Khoziny dan Sampoong: Antara Dibela vs Dipenjara
-
Viral Gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny': Tuai Pro dan Kontra
-
Spesifikasi Poco M7 yang Masuk Indonesia 10 Oktober, Punya Baterai 7.000 mAh
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terupdate 6 Oktober: Raih Pemain 112-113 dan Hujan Gems
-
DJI Mini 5 Pro, Kamera Osmo Nano, dan Mic 3 Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya
-
54 Kode Redeem FF Terbaru 6 Oktober: Klaim Katana Dual Flame dan Grizzly Bundle