Tekno / Tekno
Senin, 27 Oktober 2025 | 20:57 WIB
Ilustrasi AI. [Ist]
Baca 10 detik
  • Laporan Empowering Indonesia 2025 menyoroti potensi AI menambah Rp2.326 triliun ke PDB Indonesia pada 2030 dan mempercepat status negara maju.
  • Untuk mencapai kedaulatan AI, Indonesia perlu investasi besar di infrastruktur digital, talenta AI, pusat data, dan regulasi etis.
  • Inisiatif lokal seperti Sahabat-AI V2 dan 364 startup AI menunjukkan Indonesia mulai berperan sebagai pembentuk teknologi AI global.

Suara.com - Indosat Ooredoo Hutchison dan Twimbit baru saja meluncurkan riset bertajuk Empowering Indonesia Report 2025. Penelitian ini mengungkapkan potensi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang bakal berpengaruh ke Indonesia.

Laporan ini menguraikan lima pilar utama menuju kedaulatan AI mulai dari infrastruktur digital andal, tenaga kerja AI berkelanjutan, industri AI yang tumbuh, riset dan pengembangan mumpuni, serta regulasi dan etika yang kokoh.

Founder and CEO Twimbit, Manoj Menon menjelaskan apabila Indonesia menjalankan secara strategis, adopsi AI berdaulat berpotensi menambah 140 miliar Dolar AS (Rp 2.326 triliun) terhadap PDB Indonesia pada 2030.

Efek lain, adopsi AI turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 6,8 persen, serta mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi ke 2041, atau bahkan 2038 dalam skenario terbaik.

"Penerapan AI berdaulat juga dapat mendorong peningkatan produktivitas hingga 18 persen di sektor jasa, 15–20 persen di manufaktur, dan 5–8 persen di pertanian, menjadikannya faktor utama dalam memperkuat daya saing dan efisiensi nasional," katanya saat konferensi pers di Kantor Indosat, Jakarta, Senin (27/10/2025).

Dari sisi kesiapan infrastruktur, laporan ini mencatat bahwa Indonesia membutuhkan investasi sebesar 3,2 miliar Dolar AS (Rp 53 triliun) hingga 2030 untuk memenuhi kebutuhan komputasi nasional.

President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha saat ditemui di kantor IOH, Jakarta, Senin (27/10/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]

Saat ini, AI data center di Indonesia baru mencakup kurang dari 1 persen dari pasar global. Ia menilai perlunya percepatan pembangunan pusat data bertenaga energi terbarukan dan jaringan 5G yang lebih luas.

Selain itu, Empowering Indonesia Report 2025 menyoroti kebutuhan pengembangan 400 ribu talenta AI pada 2030, dengan investasi sebesar  968 juta Dolar AS (Rp 16 triliun) untuk pendidikan, pelatihan, dan reskilling tenaga kerja.

Menurutnya, Indonesia saat ini memiliki 364 startup AI dengan total pendanaan mencapai 1,08 miliar Dolar AS, serta inisiatif riset nasional seperti Sahabat-AI V2, Large Language Model (LLM) berparameter 70 miliar yang mendukung bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.

Baca Juga: Telkomsat - Kemenkes Kerja Sama Mendorong Pemerataan dan Digitalisasi Layanan Kesehatan Berbasis AI

"Inovasi lokal ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global," beber dia.

Vikram Sinha selaku President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison menilai kalau kedaulatan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun masa depan yang dimiliki dan dikendalikan oleh Indonesia sendiri.

"Melalui kolaborasi strategis dan inovasi berkelanjutan, kami berkomitmen menghadirkan konektivitas yang inklusif dan solusi AI yang beretika untuk memberdayakan setiap lapisan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045," katanya.

Sementara itu Nezar Patria selaku Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) mengatakan bahwa AI bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang kemandirian bangsa.

"Kedaulatan AI berarti kita membangun teknologi yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila, menjamin etika dan keamanan, serta memastikan manfaatnya dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat," jelasnya.

Load More