Tekno / Sains
Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:53 WIB
3I-ATLAS. (NASA)

Suara.com - Komet antar bintang bernama 3I/ATLAS menjadi pusat perhatian dunia astronomi setelah mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada 29 Oktober 2025.

Fenomena langka ini tidak hanya menarik para ilmuwan, tetapi juga memicu spekulasi liar di internet tentang kemungkinan asal-usul komet tersebut sebagai teknologi alien.

Menurut laporan dari Week News (29/10/2025), komet ini merupakan objek antar bintang ketiga yang pernah ditemukan manusia, setelah Oumuamua pada 2017 dan 2I/Borisov pada 2019.

Penemuan 3I/ATLAS dilakukan pada 1 Juli 2025 melalui teleskop ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System) di Rio Hurtado, Chili, yang didanai oleh NASA.

Sejak itu, komet ini terus diamati oleh ilmuwan di seluruh dunia karena dinilai bisa memberi wawasan penting tentang pembentukan sistem bintang lain di luar tata surya kita.

Menurut NASA, 3I/ATLAS tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi. Komet tersebut akan tetap berada pada jarak aman sekitar 240 juta kilometer dari planet kita—dua kali jarak antara Bumi dan Matahari.

Meski begitu, para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai “momen emas” untuk mempelajari struktur kimia komet antar bintang.

Titik terdekat 3I/ATLAS terhadap Matahari, atau yang disebut perihelion, terjadi pada 29 Oktober pukul 11:47 UTC.

Pada saat itu, jaraknya sekitar 1,4 satuan astronomi (AU), atau sekitar 210 juta kilometer dari Matahari—hampir setara dengan orbit planet Mars.

Baca Juga: Benarkah Makan Udang Beku dari Indonesia Bisa Jadi Alien seperti Kata John Kennedy?

Meskipun mendekati Matahari, komet ini terlalu redup untuk dilihat tanpa teleskop karena jaraknya yang masih sangat jauh dari Bumi.

Setelah melewati perihelion, komet akan perlahan menjauh dari Matahari dan kembali menuju ruang antar bintang.

NASA memperkirakan komet ini baru akan terlihat lagi di Belahan Bumi Utara pada Desember 2025, ketika cahayanya muncul kembali di langit pagi.

Keistimewaan 3I/ATLAS terletak pada asalnya yang berasal dari luar tata surya. Artinya, ia tidak terikat oleh gravitasi Matahari dan hanya "melintas sekali" sebelum keluar lagi menuju ruang antarbintang.

Mengutip dari News Week (29/10/2025), para ilmuwan seperti Jason Wright, profesor astronomi di Penn State University, menyebut bahwa setiap komet antar bintang menawarkan potongan informasi unik tentang bagaimana sistem bintang lain terbentuk.

"Dengan mempelajari cahaya yang dipantulkan oleh komet ini, kita bisa tahu apakah bahan-bahan seperti air, karbon, dan silikat juga umum di sistem bintang lain," ujar Wright mengutip News Week (29/10/2025).

Load More