Suara.com - Sedih bercampur marah, itulah perasaan warga Nepal yang menjadi korban gempa berkekuatan 7,9 skala richter hari Sabtu (25/4/2015) lalu. Selain harus berduka setelah kehilangan kerabat dan orang-orang yang mereka cintai, mereka geram karena pemerintah dianggap lamban menangani krisis.
Hingga hari ketiga pascagempa, masih banyak warga di seluruh Nepal yang terpaksa tidur di ruang terbuka karena rumah mereka rata dengan tanah. Di Kathmandu misalnya, ribuan korban selamat mau tak mau tidur di trotoar, jalanan, atau taman, dengan hanya beratapkan tenda.
Rumah sakit juga kerepotan menangani para korban luka yang jumlahnya terus membludak. Sementara itu, kurangnya air, pasokan makanan dan listrik menimbulkan kekhawatiran munculnya berbagai macam penyakit.
Keadaan ini, ditambah dengan lambatnya bantuan mencapai wilayah yang terdampak, membuat warga Nepal berteriak.
"Pemerintah tidak melakukan apapun untuk kami," kata Anil Giri, salah saorang warga yang bersama dengan sekitar 20 relawan lainnya masih berusaha mencari dua rekannya yang tertimbun puing bangunan.
"Kami menggali puing-puing sendiri dengan tangan kosong," lanjutnya.
Para pejabat pemerintahan, kepada Reuters, mengaku bahwa mereka memang kerepotan dengan skala bencana yang terjadi.
"Tantangan terbesar adalah pemberian bantuan," kata Kepala Sekretaris Negara Leela Mani Paudel.
"Kami meminta negara-negara asing untuk mengirimkan tim medis dan bantuan material kepada kami. Kami benar-benar membutuhkan kehadiran para pakar asing untuk menyelesaikan krisis ini," sambungnya.
Hingga saat ini, jumlah korban jiwa akibat gempa Nepal mencapai angka 4.010 orang, sementara korban luka bertambah menjadi 7.598 orang.
Serangkaian gempa susulan memperparah kondisi warga. Rusaknya infrastruktur dan terbatasnya dana memperlambat penyaluran bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Pasukan Respon Bencana Nasional India (NDRF) adalah salah satu organisasi asing yang pertama kali tiba di Nepal untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan korban gempa. Kepala NDRF Direktur Jenderal O.P. Singh mengatakan, alat berat mengalami kesulitan untuk menembus jalanan-jalanan Kathmandu yang sempit, sehingga pencarian korban selamat dan jenazah membutuhkan waktu.
"Anda harus menyingkirkan seluruh reruntuhan ini, sehingga ini bakal menelan banyak waktu... Saya pikir ini akan butuh waktu berminggu-minggu," kata Singh seperti dikutip NDTV.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Didatangi Projo, Jokowi Perlihatkan Ijazah UGM yang Asli
-
Erick Thohir Tutup Pintu Buat Shin Tae-Yong Kembali Latih Timnas Indonesia
-
Dapat Banyak Penghargaan, Tapi Ubedilah Badrun Sebut Sri Mulyani Suka Utang
-
Viral Bukannya Bawa MBG, Mobil Berlogo BGN Malah Angkut Genteng
-
BGN Tanggapi Dugaan Pelecehan dan Penganiayaan di Dapur Program Makan Bergizi Gratis
-
Riza Chalid Buron, Kejagung Fokus Bongkar Jaringan Internal Lini Bisnis di Pertamina
-
Pesantren Ditagih PBB, Menkeu Purbaya Siap Cek Kebenarannya
-
Prabowo Ajukan Wacana Pengajaran Bahasa Portugis di Sekolah, Begini Respon DPR
-
KPK Terus Kejar Aset Nurhadi, Hasil Panen Senilai Rp1,6 Miliar Berhasil Disita
-
Usai Kluivert Pergi, Ismed Dorong Pelatih Lokal Ambil Alih Garuda