Suara.com - Sebelum pesawat MH370 hilang, maskapai penerbangan Malaysia Airlines sudah menghadapi masalah finansial. Hilangnya MH370 telah menambah beban finansial perusahaan.
Analis memperkirakan, masa depan Malaysia Airlines di ambang kehancuran dan diperlukan campur tangan pemerintah Malaysia untuk menyelamatkan Malaysia Airlines dari bencana finansial.
“Di negara dengan jumlah maskapai penerbangan yang banyak, keberadaan maskapai yang memiliki pengalaman di sektor industri seperti Malaysia Airlines sangat signifikan, terutama untuk membawa kargo dengan nilai besar serta mempekerjakan banyak karyawan. Pertanyaannya sekarang, apakah MAS memerlukan bantuan dari pemerintah? Dan dalam bentuk apa bantuan itu? Apakah masuk akal apabila MAS dinasionalisasikan ketimbang go publik,” kata Timothy Ross, analis dari Credit Suisse.
Pelaksana tugas Menteri Perhubungan Malaysia, Hishammuddin Hussein menolak untuk menjawab pertanyaan tentang kemungkinan pemerintah memberikan dana talangan kepada Malaysia Airlines. Dia hanya mengatakan, fokus saat ini adalah menemukan MH370.
Dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia Airlines menghadapi persaingan ketat di industri penerbangan negeri jiran itu. Salah satunya dari AirAsia yang memberikan tarif lebih murah. Manajemen MAS mengambil kebijakan dengan menjual tiket lebih banyak lagi dibandingkan menaikkan harga jual. Selain itu, rute penerbangan jarak jauh dihapus.
Namun, strategi tersebut tidak bisa berjalan baik sehingga keuangan perusahaan selalu rugi dalam tiga tahun terakhir. Hilangnya MH370 membuat investor Malaysia Airlines mulai kehilangan kesabaran. Perusahaan itu juga tengah digugat oleh keluarga penumpang dengan tuntuta membayar 1 juta dolar Amerika kepada masing-masing keluarga penumpang.
Saham Malaysia Airlines juga terus anjlok hingga 8 persen sejak MH370 hilang, Sabtu (8/3/2014) lalu. Pemerintah Malaysia sudah beberapa kali membantu Malaysia Airlines dalam mengatasi kesulitan keuangan. Satu dekade lalu, pemerintah Malaysia membuat BUMN baru yang akan menyerap sejumlah aset dan tanggung jawab keuangan dari Malaysia Airlines. BUMN ini akan “membersihkan” MAS dari utang dan menyediakan dana segar. (CNN)
Berita Terkait
-
Satu Dekade Berlalu, Malaysia Kembali Cari Pesawat MH370 yang Hilang Misterius
-
Broken Ridge Dimana? Diduga Kuat Jadi Lokasi Jatuhnya Pesawat MH370
-
10 Tahun Tragedi MH17, Luka Lama Belum Sembuh, Keadilan Masih Dicari
-
Gunung Ruang Meletus, Puluhan Penerbangan di Malaysia dan Singapura Dibatalkan
-
Sinopsis MH370: The Plane That Disappeared, Tayang di Netflix
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Drama Saham DADA: Dari Terbang 1500 Persen ke ARB Berjamaah, Apa Penyebabnya?
-
Emiten Afiliasi Haji Isam PGUN Buka Suara Soal Lahan Sawit
-
Resmi! Pansel Dewas dan Direksi BPJS 2026-2031 Dibentuk, Seleksi Dimulai Pekan Ini
-
Menko Airlangga Bongkar Alasan Cabut PIK 2 dari Daftar PSN Prabowo
-
Telkom Dukung Kemnaker Siapkan Program Pemagangan bagi Lulusan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Menkeu Purbaya soal Perang Dagang AS-China: Biar Aja Mereka Berantem, Kita Untung!
-
Dikritik 'Cawe-Cawe' Bank BUMN, Menkeu Purbaya: Saya Dewas Danantara!
-
Jurus Kilang Pertamina Internasional Hadapi Tantangan Ketahanan Energi
-
IFG Catat Pengguna Platform Digital Tembus 300 Ribu Pengguna