Suara.com - Aktivitas perdagangan dan bisnis yang semakin tinggi di ibukota Jakarta menuntut ketersediaan hunian bagi kalangan menengah yang notabene merupakan karyawan dan pegawai yang bekerja di ibukota. Saat ini sebagian besar kaum komuter yang bolak balik dari dan ke Jakarta masih memilih untuk tinggal di daerah penyangga Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Bogor.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghada mengatakan, masalah waktu tempuh yang diakibatkan kemacetan menjadi momok bagi mereka. Namun pilihan menjadi semakin sulit ketika tidak ada hunian yang sesuai dengan daya beli ketika mereka ingin tinggal di dalam kota Jakarta.
Kata dia, persepsi membeli rumah yang masih mempunyai tanah (landed) masih menjadi pemikiran utama bagi masyarakat kita yang belum terbiasa tinggal di apartemen atau hunian vertikal.
“Saat ini telah kaum menengah dalam posisi ‘terjebak’ dengan ketersediaan hunian yang ada. Misalkan dengan penghasilan Rp. 7,5 juta per bulan, mereka mempunyai daya cicil Rp. 2,3 – 3 juta per bulan. Dengan daya cicil tersebut artinya mereka dapat membeli rumah seharga Rp. 300 jutaan. Namun dengan kondisi yang ada, rumah seharga tersebut tersedia dengan jarak yang relatif jauh dari kota,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/9/2014).
Menurut Ali, jebakan yang terjadi ketika mereka ‘memaksakan’ membeli rumah tersebut – karena masih berpikir ingin mempunyai rumah dengan tanah – ternyata mereka harus menambah biaya transportasi ke tempat kerja. Yang terjadi kemudian rumah yang ada terpaksa ditinggalkan dan lebih memilih untuk sewa atau kos-kosan di Jakarta.
“Kondisi ini juga yang membuat banyak pengembang mulai membangun apartemen murah di daerah penyangga Jakarta dengan harga Rp.200 – 300 jutaan untuk menangkap pasar ini. Namun yang menjadi pertanyaan ketika masalah transportasi belum teratasi maka waktu dan biaya operasional masih menjadi permasalahan utama,” jelasnya.
Banjirnya apartemen murah menengah di segmen harga Rp200 – 300 juta di Bekasi dan Serpong harus disikapi konsumen dengan pertimbangan masalah waktu dan biaya transportasi. Fenomena ini terjadi karena di kota Jakarta sudah sangat sulit untuk mendapatkan apartemen seharga tersebut. Dengan demikian maka tumbuhnya apartemen di wilayah penyangga Jakarta relatif tidak menyelesaikan masalah utama yang ada.
Menurut dia, pemerintah harus segera turun tangan untuk membangun pasokan hunian vertikal di perkotaan untuk segmen menengah. Masalah ini dapat dikategorikan sebagai public housing yang tidak bisa sepenuhnya diserahkan swasta.
Kata dia, berkaca dari program 1.000 tower rusunami yang dulu diluncurkan pemerintah ternyata gagal dikarenakan batasan harga yang diberikan pemerintah pun tidak ditaati oleh pengembang. Di sisi lain pengembang pun tidak bisa disalahkan karena memang tidak ada aturan yang jelas mengenai hal tersebut.
“Melihat arah perkembangan kota Jakarta, mau tidak mau, siap tidak siap, masyarakat akan dihadapkan untuk tinggal di hunian vertikal, baik beli atau sewa. Karenanya Pemprov DKI harus lebih berperan dalam penyediaan hunian vertikal tersebut,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
IHSG Ditutup Menghijau ke Level 8.123 Terdorong Keperkasaan Rupiah
-
Ambisi Spin-off, Danamon Syariah Fokus Tambah Aset
-
Antam Raup Pendapatan Rp 59 Triliun
-
Harga MBMA Meroket di Tengah Ekspansi Smelter
-
Wamenperin Akui Industri Rokok Tertekan: Cukai Tidak Naik Bukti Kepedulian Pemerintah
-
Menkeu Purbaya Sidak Mendadak Kantor BNI Saat Direksi Rapat, Ada Apa Setelah Isu Suku Bunga Naik?
-
Gaji Tukang Masak MBG dan Pencuci Piring Nampan MBG: Bisa Capai 5 Jutaan?
-
Katalog Promo Superindo Spesial "Weekday": Diskon Minyak Goreng dan Sabun Hingga 50 Persen
-
Rupiah Mulai Menguat, Sesuai Prediksi Menkeu Purbaya
-
IHSG Dibuka 'Ngegas' Awal Pekan, Investor Tunggu Rilis Data Ekonomi Kunci