Suara.com - Presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla diminta membenahi kondisi pangan yang dinilai berada di titik ‘darurat’ selama era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Jokowi-JK nanti harus bisa membuktikan apa yang mereka kampanyekan untuk mewujudkan kedaulatan pangan dengan fokus pada kesejahteraan keluarga produsen pangan skala kecil," kata Koordinator Aliansi untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko di Jakarta, Rab, (15/10/2014.
Fokus kesejahteraan keluarga produsen pangan kecil seperti petani dan nelayan, menurut Tejo, sejalan dengan tema yang diusung badan pangan PBB (FAO) dalam rangka Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober yang menitikberatkan pada pertanian keluarga.
"Kenapa petani dan nelayan? Karena jumlah mereka yang banyak sehingga bisa menyumbang hingga 50 persen total pangan dunia," katanya.
Menurut Tejo, pangan Indonesia selama 10 tahun terakhir, atau sepanjang pemerintahan SBY, mengalami kondisi ‘darurat’ dengan menurunnya jumlah petani, lahan pertanian serta tingginya impor pangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2003-2013, jumlah petani dan nelayan terus menurun dari 31 juta jiwa menjadi 26 juta jiwa.
"Sementara lahan pertanian terus menyusut sekitar 100.000-110.000 hektar per tahun. Padahal kapasitas pencetakan sawah hanya 20.000 hektar per tahun. Defisitnya masih sangat besar," ujarnya.
Buruknya realisasi hasil pertanian yang masuk dalam sasaran pencapaian produktivitas pangan utama seperti padi, jagung, kedelai, gula dan daging juga membuat kondisi pangan dalam negeri terus terpuruk.
Ditambah lagi impor pangan terus meningkat sejak 10 tahun terakhir dari sekitar 3 miliar dolar Amerika per tahun menjadi 14 miliar dolar Amerika per tahun.
"Impor pangan ini membuat petani dan nelayan jadi malas karena harga jual mereka tertekan," ujarnya.
Oleh karena itu, Tejo berharap pemerintah baru yang dipimpin Jokowi-JK nantinya bisa memperbaiki kondisi pangan saat ini sesuai janji kampanyenya.
"Tinggal bagaimana Jokowi nanti bersikap tegas untuk mewujudkan kedaulatan pangan karena ia punya modal dukungan penuh rakyat sekaligus perundang-undangan yang bisa melindungi petani dan lahan," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar