Suara.com - Restoran McDonald’s merupakan kisah sukses dari kapitalisme Amerika. Dimulai dengan hanya satu toko burger pada 1948, rumah makan berjaringan yang menekankan kepada pelayanan yang cepat itu berhasil tumbuh pesat dan kini mempunyai lebih dari 35 ribu cabang di seluruh dunia. McDonald’s adalah merek yang menguntungkan setelah sempat tersendat pada tahun 2000-an.
Pada 2013, saham McDonald’s hanya 12 dolar Amerika per lembar dan melesat menjadi 100 dolar Amerika pada 2011. Kini, McDonald’s mulai kehilangan taringnya. Penjualan global terus turun sejak Juli lalu. Apa yang salah dengan McDonald’s?
Permasalahan yang dihadapi McDonald’s dialami cabang mereka di sejumlah negara. Di Cina, McDonald’s diterjang masalah daging ayam dan sapi basi yang disediakan oleh salah satu supplier mereka. Belum lama ini, konsumen di Jepang menemukan plastik dan juga gigi di makanan yang mereka pesan.
Masalah geopolitik juga memberikan imbas bagi McDonald’s. Di Rusia, sejumlah restorannya ditutup karena eskalasi politik yang memanas antara Rusia dengan Ukraina. Namun, permasalahan McDonald’s bukan hanya di luar Amerika tetapi juga di dalam negeri.
Persaingan yang semakit ketat membuat restoran cepat saji itu semakin tertinggal. Burger King mulai meraup pangsa pasar McDonald’s di Amerika. Begitu juga dengan rumah makan Shake Shack dan Chipotle Mexican Grill. Para pesaing McDonald’s itu mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Mereka juga berhasil ‘mencuri’ pelanggan setia McDonald’s.
Ada dua cara yang bisa dilakukan McDonald’s untuk kembali bangkit. Pertama, meniru sukses Burger King dan kembali ke awal atau kedua, mendandani diri sendiri untuk bersaing dengan kompetitor. McDonald’s sepertinya mencoba dua cara tersebut. Kini, restoran cepat saji itu mempunyai dua format yaitu menawarkan menu yang lebih simple dan membiarkan pelanggan menentukan pilihan mereka sendiri atau Create your taste.
Selain itu, McDonald’s juga membuka McCafes di sejumlah negara. Di Prancis, di mana menjadi salah satu negara yang penjualan McDonald’s masih stabil, McCafes menawarkan macaroni serta kopi dan the. Cara yang diterapkan McDonald’s ini memang tidak selalu berjalan dengan mulus. Namun, ini merupakan upaya agar restoran yang terkenal dengan burger Big Mac itu bisa kembali bangkit dan bersaing di industri rumah makan cepat saji. (Economist)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
Terkini
-
Prabowo Kirim 16 Nama Calon Anggota Dewan Energi Nasional ke DPR
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
BRI Peduli Luncurkan 'Perahu Literasi' Tolitoli Demi Pendidikan Inklusif di Pesisir
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
Stok BBM SPBU BP-AKR Normal Kembali Setelah Sebulan Kosong: Shell dan Vivo Menyusul?
-
Dari Lulusan SMA, Bisa Kuliah Gratis dan Umrah: PNM Apresiasi Garda Terdepan Pemberdayaan Masyarakat
-
3 Fakta Pertemuan Xi Jinping-Trump: China dan AS 'Mesra', Perang Dagang Berakhir Damai?
-
Pertamina Buka Posko di Jatim: Ini Tata Cara Klaim Biaya Perbaikan Mesin
-
Sidak SPBU di Jatim, Bahlil Tindak Tegas Pertamina, Jika Benar Distribusikan BBM Tak Layak Edar!
-
Pertalite Dikeluhkan di Jatim, Pertamina Investigas BBM yang Disuplai Terminal Tuban dan Surabaya