Suara.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, target pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan dalam RAPBN-Perubahan 2015 sebesar 5,7 persen, bisa saja terpenuhi. Namun menurutnya, pencapaiannya membutuhkan upaya ekstra dari pemerintah.
"Asumsi makro 5,7 persen merupakan angka extra effort, tapi cukup realistis karena berada pada perkiraan kami," kata Perry, dalam rapat Panitia Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Rabu (28/1/2015).
Perry menjelaskan, angka pertumbuhan ekonomi pada 2015 diperkirakan mencapai 5,4-5,8 persen, yang didukung oleh konsumsi rumah tangga, serta konsumsi dan investasi pemerintah yang tumbuh lebih tinggi dari 2014.
"Ini sejalan dengan peningkatan stimulus fiskal untuk belanja produktif dan infrastruktur, serta belanja barang atau belanja modal, setelah adanya realokasi belanja subsidi," ujarnya.
Selain itu, sektor ekspor diprediksi mulai memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, meskipun tidak terlalu besar. Terutama dalam hal ini adalah ekspor dari industri manufaktur yang bisa memanfaatkan momentum perlemahan rupiah.
"Ekspor ada kecenderungan membaik, terutama dari ekspor manufaktur. Tapi ekspor komoditas masih mendapat tantangan dari penurunan harga komoditas dunia," kata Perry.
Sebelumnya, pemerintah dan Komisi XI DPR RI sepakat untuk menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam draf RAPBN-P 2015, dari usulan sebelumnya sebesar 5,8 persen menjadi 5,7 persen. Alasannya adalah karena perekonomian global diperkirakan masih mengalami perlemahan.
Perkiraan angka 5,7 persen tersebut berasal dari proyeksi baseline 5,1 persen, ditambah 0,5 persen dari upaya ekstra pemerintah sepanjang tahun 2015, serta 0,1 persen dari potensi memanfaatkan momentum kebijakan Quantitative Easing di Eropa.
Upaya ekstra yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi berasal dari tambahan belanja infrastruktur Rp105 triliun dari realokasi belanja BBM, tambahan PMN untuk BUMN Rp77 triliun, serta tambahan belanja barang untuk peningkatan program kesejahteraan sosial.
Selain itu, perekonomian nasional diyakini bisa tumbuh antara lain berasal dari sumbangan penyesuaian harga BBM yang bisa menurunkan impor migas, peningkatan investasi yang bisa meningkatkan impor barang modal, serta dorongan kapasitas produksi ekspor. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Bos Danantara Akui Patriot Bond Terserap Habis, Dibeli Para Taipan?
-
Pemerintah Andalkan Dialog Rumuskan Kebijakan Ekonomi Kerakyatan
-
VIVO dan BP-AKR Batalkan Pembelian BBM dari Pertamina, Kandungan Etanol Jadi Biang Kerok
-
Permudah Klaim, BUMN Pengelola Dana Pensiun Ini Genjot Layanan Digital
-
Viral Menkeu Purbaya Makan Siang di Kantin DJP: Hidupkan Sektor UMKM!
-
Pemerintah Menang Banyak dari Negosiasi Freeport: Genggam 12 Persen Saham Hingga Pembangunan Sekolah
-
Hari Terakhir Kementerian BUMN, Dasco: Revisi UU BUMN Disahkan Kamis Besok
-
Jurus 'Irit' Menkeu Purbaya: Stimulus Akhir Tahun Digeber, Tapi Tanpa Tambahan Anggaran Baru!
-
Libatkan Pengemudi di Tim Revisi UU LLAJ, Dasco Perjuangkan SIM Gratis dan Rumah Subsidi
-
DPR Kejar Tayang Revisi UU LLAJ, Dasco: Target Zero ODOL 2027