Suara.com - Media bisnis terkemuka dunia, Wall Street Journal (WSJ), akan memangkas ratusan tenaga kerja dan mengalihkan sumber dayanya ke media digital. Langkah itu diambil sebagai upaya untuk mentransformasi WSJ menjadi "organisasi media berita digital utama di dunia".
Dalam memo yang dikirim ke semua stafnya, pekan lalu, redaktur pelaksana Dow Jones dan WSJ, Gerard Baker, mengatakan bahwa demi proses reorganisasi di WSJ maka beberapa sektor akan tak lagi beroperasi, sementara perusahaan akan berinvestasi di bidang lain.
WSJ, yang dimiliki oleh Dow Jones & Co, perusahaan di bahwa News Corp, akan memangkas sejumlah staf mulai pekan lalu dan proses pemutusan hubungan kerja itu terus berlangsung selama beberapa pekan dan bulan ke depan. Tenaga kerja yang dipangkas akan berjumlah di atas 100 orang.
Di saat yang sama WSJ akan membuka lowongan di bidang-bidang tertentu, seperti grafik interaktif, konten mobile, dan jurnalisme berbasis data. Media itu juga mulai berinvestasi di sektor liputan kunci seperti ekonomi dan pasar dan sebaliknya mengurangi anggaran untuk liputan di sektor yang lebih umum.
WSJ juga akan menutup biro-bironya di Praha dan Helsinki, serta mengurangi pegawai di Eropa dan Asia. Di Amerika Serikat, WSJ akan menutup liputan di sektor bisnis kecil dan menengah. WSJ akan membentuk tim liputan ekonomi khusus yang akan fokus pada ekonomi makro di ibu kota Washington DC.
Beberapa blog di bawah WSJ akan ditutup. Tetapi blog-blog yang banyak dibaca seperti Speakeasy, MoneyBeat, Real Time Economics, India Real Time, dan China Real Time akan dipertahankan.
Dow Jones sudah pernah memangkas pegawainya dalam beberapa tahun terakhir. Lima tahun lalu perusahaan media itu punya 2.100 orang di meja redaksi - termasuk di WSJ dan Dow Jones Newswire. Kini perusahaan itu hanya punya sekitar 1.800 orang di redaksi.
Secara total Dow Jones - yang di dalamnya mencakup WSJ, Dow Jones Newswire, Barron's, MarketWatch, Factiva, Financial News, dan beberapa unit bisnis lainnya - punya sekitar 5000 pegawai.
Peralihan fokus WSJ ini dinilai sebagai tanda yang semakin nyata bahwa organisasi media tradisional sedang berlomba-lomba beralih ke panggung digital. Media digital dinilai lebih hemat biaya, karena tak lagi ada biaya cetak koran. Iklan di media cetak sendiri terus turun dari tahun ke tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Rencana KBMI 1 Mau Dihapus, OJK: Ekonomi Indonesia Butuh Bank-bank Besar
-
Belarus Siap Tanam Modal di Indonesia, Alat Pertanian Jadi Bidikan
-
Guru Honorer Kemenag Dapat BSU, Hari Ini Terakhir Cek Validasi
-
Bank Mandiri Cetak Penyaluran Kredit dan DPK Tumbuh Dua Digit
-
Di Depan Prabowo, Airlangga Pamer IHSG Pecah Rekor ke Level 8.600
-
Peran PU Berubah, Kini Tak Hanya Bangun Proyek Infrastruktur
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam