Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil yakin Indonesia tidak akan bernasib seperti Yunani yang kini di ujung kebangkrutan. Pasalnya, saat ini Indonesia lebih banyak membayar utang dibandingkan dengan Yunani yang terus meminjam.
“Beda dong dengan Yunani, itu yang bangkrut perusahaan-perusahaan lama yang masih mengambil utang baru. Sedangkan Indonesia saat ini tidak ada pengambilan utang baru, kita malah bayar utang. Jadi kalau dikatakan akan seperti Yunani itu jauh sekali,” kata Sofyan saat ditemui di kantornya, Jumat (10/7/2015).
Selain itu, kata Sofyan, Indonesia menggunakan utang untuk kepentingan yang produktif, sementara Yunani berutang untuk kepentingan sosial dan konsumsi.
"Yunani berutang banyak untuk kepentingan konsumtif, kepentingan sosial. Kita berutang yang harus dihindari untuk kepentingan konsumtif. Jangan bandingkan Yunani dengan Indonesia," kata Sofyan.
Ia menjelaskan rasio utang Yunani saat ini hampir 200 persen dari gross domestic product atau produk domestik bruto. Sedangkan Indonesia, baru 26 persen dari GDP. Melihat kondisi tersebut, menurutnya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan Yunani.
Meski demikian, dia mengakui krisis Yunani akan berdampak ke Indonesia. Namun, dampaknya tidak terlalu signifikan. Pasalnya, penyaluran dana dari Yunani ke negara berkembang sangat sedikit.
"Menurut saya tidak berpengaruh, exposure dari negara berkembang kepada Yunani juga sudah minimal sekali. Tapi kita tetap tingkatkan kewaspadaan dari dampak itu ke pasar global,” katanya.
Sofyan menambahkan masalah Yunani sudah dikalkulasi lama di pasar keuangan. Permasalahannya dimulai dari 2011 hingga 2015. Pada 2011 dan 2015 perbankan Eropa yang punya exposure di Yunani besar sekali.
"Kalau sekarang itu yang sudah hampir tidak ada dampak ke institusi keuangan di Eropa tidak besar. Keputusannya sabtu, jadi kita tunggu saja perkembangannya bagaimana,” kata dia.
Seperti diketahui, Yunani terancam bangkrut akibat tak bisa membayar utang 1,54 miliar dolar AS atau sekitar Rp22 triliun ke International Monetary Fund. Yunani diberi waktu hingga akhir hari Sabtu (11/7/2015) untuk menyajikan proposal baru guna mendapat dana talangan dari kreditor agar mereka tak perlu keluar dari eurozone.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Pemerintah Tegaskan: Gunung Lawu Tak Masuk Area Kerja Panas Bumi
-
Mengubah Daster Jadi Fashion Elegan, UMKM Binaan BRI Findmeera Buktikan Perempuan Bisa Berdaya
-
PNM & Menteri PKP Berikan Pembiayaan Terjangkau untuk Renovasi Rumah Usaha Nasabah Mekaar di Malang
-
Merdeka dari Kegelapan, Cerita Warga Musi Banyuasin Akhirnya Nikmati Terang Lewat BPBL
-
Cara Mengecek BLT Rp900 Ribu Oktober 2025, Kapan Cair? Ini Jadwal Penyalurannya
-
Cakap Digital, Bijak Finansial: Sinergi Suara.com dan Bank Jago untuk Tingkatkan Kualitas Guru
-
Guru Besar UGM Prof Nindyo Pramono: Kerugian BUMN Bukan Korupsi, Asal Penuhi Prinsip Ini
-
Pengusaha Logistik Catat Pengiriman Barang Besar Tumbuh Double Digit
-
Suara.com Gandeng Bank Jago, Ajak Guru Cerdas Kelola Finansial dan Antisipasi Hoaks di Era Digital
-
Siapa Pemilik Indonesia Investment Authority? Luhut Usul Dana Rp50 Triliun untuk INA