Suara.com - Kondisi perekonomian global yang bergejolak ternyata memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berkembang tak terkecuali Indonesia pun menjadi tertekan.
Pelemahan tersebut berimbas terhadap jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir yang kini turun ke level 16 atau berada di posisi Rp13.500 per dolar AS. Tak hanya rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan pun ikut terkerek dari pelemahan ekonomi global tersebut.
Meski demikian, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Hendri Saparini meyakinkan kondisi tersebut tak lantas membuat Indonesia bangkrut. Jika pemerintah membuat kebijakan yang mengontrol pergerakan rupiah bukan berdasarkan mekanisme pasar, tapi harus tergantung pada supply dan demand.
"Kalau bangkrut enggak akan bangkrut. Karena secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia dalam keadaan baik. Hanya saja kebijakan kontrol terhadap rupiah masih berdasarkan pada mekanisme pasar," kata Hendri di Jakarta, Selasa (28/7/2015).
Ia mengatakan Indonesia tidak seperti Cina dan Amerika Serikat yang dapat mengontrol nilai tukar mata uang melalui kebijakan strategis.
Ia menjelaskan salah satu faktor yang selalu menghantui Indonesia yang menyebabkan anjloknya rupiah adalah mudahnya sentimen masuk untuk mempengaruhi pasar perdagangan.
"Indonesia nggak punya kebijakan yang meredam agar sentimen negatif itu nggak masuk. Tidak seperti Cina dan AS," katanya.
Selain itu, Indonesia masih membutuhkan dolar AS untuk digunakan membayar utang. Hal inilah yang membuat rupiah terus jeblok dalam beberapa bulan terakhir.
Oleh sebab itu, pemerintah dan Bank Indonesia diimbau mencarikan solusi yang tepat agar rupiah dapat kembali membaik.
"Gimana caranya, ya di buat kebijakan-kebijakan strategisnya. Kita kelola, struktur ekonomi diperkuat, defisit jasa yang lebar dipersempit dan yang utama menjaga inflasi. Saya yakin dengan begitu rupiah akan kembali menguat," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pertumbuhan Kredit Kuat dan DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun
-
Saham-saham yang Cum Date 29 Desember, Siap Bagikan Dividen Jumbo
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako di Ciampea
-
Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
-
Harga Emas Diprediksi Makin Naik Tahun 2026, Faktor 'Perang' Jadi Kunci
-
La Suntu Tastio, UMKM Binaan BRI yang Angkat Tradisi Lewat Produk Tas Tenun
-
Pasca Akusisi, Emiten Properti Milik Pengusahan Indonesia Ini Bagikan Dividen
-
Harga Emas Kompak Meroket: Galeri24 dan UBS di Pegadaian Naik Signifikan!
-
Pabrik Chip Semikonduktor TSMC Ikut Terdampak Gempa Magnitudo 7 di Taiwan
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember