Suara.com - Pemerintah menetapkan volume bahan bakar minyak solar bersubsidi pada 2016 sebesar 16 juta kiloliter.
"Jadi, 16 juta kiloliter untuk volume solar bersubsidi tahun 2016," kata Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika dalam rapat kerja bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, Gedung Nusantara I, DPR RI, Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Angka itu disampaikan berdasarkan persetujuan sebagai hasil rapat kerja antara Komisi VII dan Kementerian ESDM.
Angka itu diturunkan mengingat semangat untuk mengurangi subsidi BBM dari tahun ke tahun.
Lagipula, prediksi realisasi penggunaan solar bersubsidi hingga akhir tahun 2015 sebesar 16,02 juta kiloliter.
Penggunaan solar bersubsidi pada 2014 sebanyak 16,24 juta kiloliter. Kuota solar bersubsidi berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 adalah 17,05 kiloliter.
Penyaluran solar bersubsidi sampai Agustus 2015 terealisasi sebesar 8,76 juta kiloliter, di mana prediksi realisasi sampai akhir tahun 2015 mencapai 16,02 juta kiloliter.
Dalam rapat kerja itu, anggota Komisi VII DPR RI Harry Poernomo dari fraksi Gerakan Indonesia Raya mengatakan subsidi solar tidak perlu mencapai 17,22 juta kiloliter karena mengingat semangat untuk mengurangi subsidi dari tahun ke tahun.
"Saya mengusulkan kalau bisa berkurang setiap tahun ke tahun berkurang," tuturnya.
Kardaya mengatakan, pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap penyaluran solar bersubsidi.
"Subsidi solar dibatasi sehingga harus ada effort (upaya) dari pemerintah untuk mengawasi lebih lanjut," katanya.
Kementerian ESDM menyampaikan pengajuan angka volume BBM solar bersubsidi sebesar 17,22 juta kiloliter.
"Kami punya keyakinan dan satu pandangan yang sejalan dengan bapak/ibu bagaimana tahun ke tahun volume subsidi berkurang dan kita geser ke produktif," ujarnya.
Dia mengungkapkan, ke depan perlu adanya perubahan pola subsidi agar tidak hanya membuat harga yang berbeda.
Menurut dia, subsidi bisa saja dialokasikan ke sektor-sektor yang produktif.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat di Jumat Sore, Didorong Surplus Transaksi Berjalan
-
Sinyal Bearish Bitcoin: Waspada Bull Trap di Tengah Ketidakpastian Makro Global
-
Perkuat Tulang Punggung Ekonomi, BRI Salurkan KUR untuk UMKM
-
Data Neraca Transaksi Berjalan Positif, Bagaimana Nasib Dolar AS di Pasar Domestik?
-
Sepakat dengan Purbaya, Mendag Tegaskan Bayar Pajak Tak Bisa Jadikan Impor Pakaian Bekas Legal
-
3 Senjata Cerdas Investasi Rp100 Ribu per Hari untuk Pensiun Mapan Anak Muda
-
Viral BBM Bobibos, Kementerian ESDM Jelaskan Langkah Agar Bisa Dijual Bebas
-
Emiten TRON Fokus Garap Bisnis Infrastruktur Kendaraan Listrik
-
Apa Benar Emiten Properti DADA Berkantor Dekat Warung Kelontong? Manajemen Beri Pembelaan
-
Lowongan Kerja OJK PCAM 9 dan MLE: Kualifikasi, Syarat dan Cara Pendaftaran