Suara.com - Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengkritik keberadaan kapal ternak sapi yang mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jabodetabek. Menurutnya, keberadaan kapal ternak sapi ini tak menjawab kekurangan ketersediaan pasokan daging sapi yang berakibat mahalnya harga di pasaran.
"Memang keberadaan kapal ternak ini memotong biaya dan mempercepat pengiriman daging dari daerah penghasil pasokan daging sapi ke Jabodetabek yang tingkat konsumsinya paling tinggi. Tapi ini tidak efektif karena akar persoalan sesungguhnya tidak dijawab," kata Sarman saat dihubungi Suara.com, Jumat (26/2/2016).
Faktanya Jabodetabek merupakan daerah dengan tingkat konsumsi daging sapi tertinggi di Indonesia. Konsumsi daging sapi di Ibu Kota dan sekitarnya mencapai 60 ton per hari. Selain itu, kuota impor sapi yang ditetapkan oleh pemerintah setiap tahun sebanyak 75 persen terserap hanya untuk wilayah Jabodetabek.
"Pertanyannya, seberapa besar jumlah produksi sapi di NTT? Apakah memang mampu mensuplai kebutuhan konsumsi di Jabodetabek?," ujar Sarman.
Ia mengkritik data stok sapi milik pemerintah yang juga memasukkan sapi-sapi peliharaan penduduk di pedesaan wilayah NTT. Menurutnya, belum tentu masyarakat pedesaan pemilik sapi tersebut memang berniat menjual sapi miliknya. "Belum lagi mekanisme untuk mengumpulkan sapi-sapi dari berbagai pelosok NTT, itu sebuah hal yang rumit. Mestinya mekanisme apa sudah dipersiapkan pemerintah jauh sebelumnya," jelas Sarman.
Sebagaimana diketahui, Kapal Ternak Camara Nusantara I, yang disiapkan Presiden Joko Widodo,sudah tiga kali mengangkut ternak sapi dari NTT pulang ke Jakarta. Pernah terjadi sekali kapal tersebut dalam kondisi kosong tanpa muatan sapi saat kembali ke Jakarta. Peristiwa tersebut akibat pengusaha atau peternak sapi di NTT enggan menjual ternaknya dengan harga Rp 35 ribu per kg. Pengusaha menuntut harga sapi dinaikkan hingga Rp 41 ribu per kg berat hidup.
Akhirnya, untuk ketiga kalinya Kapal Ternak Camara Nusantara I kembali berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/2/2016). Kapal ternak ini membawa 500 ekor sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Kehadiran kapal ternak ini diharapkan semakin mempercepat penurunan harga daging sapi di Ibu Kota.
Berita Terkait
-
Harga Jengkol Meroket Tembus Rp100 Ribu, Resmi Saingi Harga Daging Sapi!
-
Harga Daging Sapi di Bawah HAP, Pasokan Terjamin Jelang Lebaran 2025
-
Jelang Ramadhan, Harga Daging Sapi Melambung Tinggi
-
Harga Bakso Bakal Makin Mahal, Ketua Gapmmi Ungkap Alasannya
-
Jelang Lebaran, Great Giant Foods Siap Pasok 10.000 Ekor Sapi
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
Terkini
-
Gara-gara PIK2, Emiten Milik Aguan CBDK Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun di Kuartal III-2025
-
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Batubara Acuan untuk Periode Pertama November!
-
Ramalan Menkeu Purbaya Jitu, Ekonomi Kuartal III 2025 Melambat Hanya 5,04 Persen
-
OJK: Generasi Muda Bisa Bantu Tingkatkan Literasi Keuangan
-
Rupiah Terus Amblas Lawan Dolar Amerika
-
IHSG Masih Anjlok di Awal Sesi Rabu, Diproyeksi Bergerak Turun
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026