Suara.com - Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan tuduhan mahalnya harga daging sapi akibat permainan kartel daging sapi merupakan tuduhan yang sulit dibuktikan. Menurutnya, kondisi yang sebenarnya terjadi adalah pasokan daging sapi dalam negeri memang tak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi nasional.
"Sementara Kementerian Perdagangan tak bisa serta merta menambah impor daging sapi demi menjaga stabilitas harga tanpa ada rekomendasi dari Kementerian Pertanian. Makanya data Kementerian Pertanian itu harus akurat. Kalau sampai salah data, akan salah kebijakan dan mengakibatkan kondisi seperti sekarang ini," kata Sarman di Jakarta, Rabu (24/2/2016).
Sarman menjelaskan bahwa Bareskrim Mabes Polri serta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sudah melakukan penyelidikan dan penyidikan mengenai indikasi permainan harga oleh kartel daging sapi. "Nyatanya, tuduhan tersebut tak pernah terbukti sampai saat ini," ujar Sarman.
Akibat pemerintah mengurangi kuota impor daging sapi, pasokan daging sapi di dalam negeri menjadi sedikit. Karena produksi daging sapi nasional belum mampu memenuhi tingginya permintaan. Sesuai hukum permintaan pasar, stok yang minim mengakibatkan harga melambung ditengah permintaan yang terus naik.
"Bahkan dalam kasus ini tak cuma masyarakat konsumen yang dirugikan. Kalangan dunia usaha yang menggunakan bahan baku daging sapi juga terpukul. Mulai dari usaha restoran, terutama rumah makan Padang hingga perdagangan bakso. Banyak sekali pedagang bakso yang gulung tikar. Ini akibat kesalahan kebijakan," tutup Sarman.
Sebagaimana diketahui, tingginya harga daging sapi di pasar sempat menimbulkan kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia memerintahkan Polri untuk menindak mafia yang "mempermainkan" harga pangan di pasaran, yang membuat masyarakat dibebani dengan mahalnya harga.
Jokowi membandingkan harga daging di dua negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, yang jauh lebih murah dari Indonesia. Di Indonesia, harga daging potong di pasaran bahkan mencapai Rp120 ribu, sementara harga sapi dari peternak masih normal.
"Saya berikan gambaran harga daging. Misal di Malaysia, Singapura, (itu) hanya Rp50-60 ribu per kilogram. Kenapa di sini sampai seperti itu (mencapai Rp120 ribu)? Sedangkan harga sapi di lapangan (peternak) juga normal-normal saja. Artinya, ada sesuatu. (Pemain) Yang lain sudah bisa ditangkap," tandasnya.
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Grab Tawarkan Jaminan Tepat Waktu Kejar Pesawat dan Kompensasi Jutaan Rupiah
-
Kuota Mudik Gratis Nataru Masih Banyak, Cek Syarat dan Rutenya di Sini
-
Asuransi Simas Jiwa Terapkan ESG Lewat Rehabilitasi Mangrove
-
Baru Terjual 54 Persen, Kuota Diskon Tarif Kereta Api Nataru Masih Tersedia Banyak
-
Kemnaker Waspadai Regulasi Ketat IHT, Risiko PHK Intai Jutaan Pekerja Padat Karya
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM